PERSIAPAN ALIH PROFESI GAJAH TUNGGANGAN DI BOROBUDUR
Lima ekor gajah peliharaan Taman Wisata Candi Borobudur, Zella, Echa, Endra, Lisa dan Bona saat ini tidak lagi menjadi gajah tunggang.
Sejak petisi “Akhiri Atraksi Tunggang Gajah di Borobudur†oleh artis sekaligus pecinta satwa Melanie Subono pada April 2019, lima hewan berukuran besar itu menjadi dialihkan menjadi objek wisata edukasi di komplek candi peninggalan wangsa Syailendra tersebut.
Mereka tinggal di kandang menikmati rumput segar yang diberikan pawang gajah, juga makanan pendamping seperti wortel, kacang panjang dan timun juga diberikan sebagai kudapan.
Untuk mengisi waktu luang setelah tidak lagi menjadi gajah tunggang Zella yang merupakan gajah paling cerdas di antara mereka mempunyai kegiatan lain yaitu belajar melukis.
Dibawah bimbingan 'Mahout' atau pawang gajah Maidi (47) dan Andi Kurniawan (29), Zella belajar menggunakan kuas dan cat air untuk membuat lukisan di taman Lumbini Kompleks TWC Borobudur.
Zella mengikuti latihan itu didampingi oleh Echa untuk membuatnya lebih rileks. Kondisi santai bagi gajah itu juga didukung dengan sepinya lingkungan sekitar akibat ditutupnya kawasan wisata TWC Borobudur untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.
Kegiatan gajah melukis merupakan salah satu program TWC Borobudur untuk menyuguhkan wisata alternatif di candi Borobudur jika sudah dibuka kembali untuk umum. Sementara itu para gajah terus mendapat perawatan untuk menjaga kesehatan mereka.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jawa Tengah, Suharman, mengungkapkan untuk kesejahteraan satwa, idealnya mereka dibiarkan bebas di alam liar, namun jika berada di lembaga konservasi, satwa harus terbebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari luka, dan bebas dari rasa takut, terlebih menderita. Sebuah kondisi yang dibutuhkan para gajah nantinya untuk kembali beraksi menghibur dan memberi edukasi pada para pengunjung TWC Borobudur.
Teks dan Foto : Anis Efizudin
Editor : Fanny Octavianus
Pewarta: Anis Efizudin | Editor:
Disiarkan: 12/06/2020 13:30