MELESTARIKAN TRADISI DEMI HOBI DAN GENGSI

Pekerja membawa sapi berjalan di lapangan saat latihan di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.
Pekerja memberi makan sapi karapan di Desa Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Pekerja memandikan sapi karapan di Desa Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Pekerja menjemur sapi karapan usai dimandikan di Desa Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Pekerja memecah telur untuk jamu sapi karapan di Desa Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Pekerja meminumkan jamu kepada seekor sapi karapan di Desa Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Pekerja menyiapkan pasangan sapi untuk dilatih di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.
Pemilik sapi Nurul Hidayat berpose dengan sapinya di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.
Seniman memainkan alat musik sronen atau saronen untuk mengiringi perlombaan Karapan Sapi KASAD Cup 2023 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.
Peserta mengarak sapi saat perlombaan Karapan Sapi KASAD Cup 2023 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.
Joki memacu sapi saat perlombaan Karapan Sapi KASAD Cup 2023 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.
Salah satu tim peserta berusaha menghentikan laju sapi saat perlombaan Karapan Sapi KASAD Cup 2023 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.
Penonton melintas di samping hadiah untuk pemenang lomba Karapan Sapi KASAD Cup 2023 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur.


Bagi sebagian masyarakat Madura, terutama mereka yang berkantong tebal, memelihara dan merawat sapi karapan bukan hanya sekedar menyalurkan hobi untuk melestarikan tradisi tetapi sekaligus juga menjaga gengsi.

Bagaimana tidak, untuk perawatan sapi-sapi karapan itu para pengerap (bahasa madura untuk pemilik sapi) bisa menghabiskan uang puluhan juta dalam sebulannya. Biaya tersebut bisa bertambah saat perhelatan perlombaan karapan sapi semakin dekat.

Salah seorang pengerap asal Desa Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Nurul Hidayat atau yang biasa dipanggil Uyung mengatakan bahwa biaya dalam merawat sapi-sapi karapan kebanggaannya tersebut tidak kurang dari dua juta dalam sehari. Ongkos yang tidak sedikit itu ia keluarkan untuk memberikan perhatian yang ekstra pada sapi dan menggaji para pekerja yang merawatnya.

Sementara menurut seorang pekerja di tempat itu, Bustomi bercerita bahwa tujuh ekor sapi karapan majikannya rutin dimandikan setiap pagi dan sore hari serta diberi makan tebon jagung dan daun lamtoro. Selain itu, setiap menjelang malam sapi-sapi karapan tersebut juga rutin diberi jamu pagaran (rempah, kunyit, dan bubuk kopi) yang dicampur dengan 31 sampai 51 butir telur ayam kampung.

Untuk menghadapi momen lomba, sepasang sapi biasanya akan diterapi khusus dan dipersiapkan tiga bulan sebelumnya. Jadwal dan porsi makan dan minumnya diatur. Lalu jatah pemberian jamu untuk sapi karapan juga ditingkatkan dengan ramuan yang dicampur telur sebanyak 101 butir per hari. Porsi itu akan diturunkan beberapa hari menjelang perhelatan lomba karapan sapi dengan tujuan untuk menghindari bobot sapi agar tidak kegemukan.

Perlakuan yang istimewa pada sapi karapan tersebut akan berubah saat hari perlombaan. Sapi-sapi yang sebelumnya dirawat dengan baik dan diperlakukan dengan hati-hati, akan dicambuk dan "dikerasi" agar dapat berlari kencang dan menjadi yang tercepat dalam lomba karapan sapi di lintasan sepanjang 100-200 meter.

Foto dan teks : Moch Asim

Editor : R Rekotomo

Pewarta: Moch Asim | Editor:

Disiarkan: 27/03/2023 15:35