BAMBU PENOPANG KEHIDUPAN
Alunan suara gesekan bambu menggema bersama hembusan angin di sekitar kawasan konservasi Udjo Ecoland di Bandung Utara. Kawasan konservasi bambu seluas lima hektare ini didirikan pada tahun 2013 oleh generasi kedua pengelola Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo.
Pada awalnya, wilayah ini hanya berupa hamparan lahan kosong bekas perkebunan. Taufik menunjukkan kesungguhan dalam memanfaatkan lahan tersebut serta menyulapnya menjadi lahan produktif. Bambu yang dibudidaya di kawasan ini mayoritas adalah jenis Gigantochloa atroviolacea atau bambu hitam yang umumnya dipakai sebagai bahan alat musik, furnitur dan perkakas rumah tangga.
Di tahun kesepuluh Udjo Ecoland beroperasi, sudah ada 34 jenis bambu yang berhasil dibudidayakan. Dari sekian varian, bambu hitamlah yang paling cocok dijadikan bahan untuk membuat angklung. Jenis bambu ini mempunyai buku (node) yang panjang hingga 15 meter, daging batang yang tebal, dan warna yang eksotis serta mampu menghasilkan suara yang lebih halus.
Tak sekadar sebagai bahan baku angklung, Udjo Ecoland juga menjadikan kawasan konservasi ini sebagai proyek penyelamatan lingkungan di kawasan Bandung Utara. Karateristik pohon bambu terbukti efektif menahan erosi di lahan kritis. Selain itu, saat musim panen tiba, bambu tidak akan ditebang sampai habis. Pembudidaya akan membiarkan tunas-tunas bambu baru untuk tumbuh menggantikan yang lama.
Kehadiran hutan bambu di kawasan tersebut juga mampu menghidupkan kembali ekosistem. Bahkan ada tiga sumber mata air yang kembali muncul setelah sekian lama hilang.
Dengan melibatkan warga sekitar dalam mengelola kawasan konservasi bambu, Udjo Ecoland terus berusaha menggalang kekuatan agar kualitas lahan di kawasan Bandung Utara tetap terjaga dan terhindar dari bencana alam.
Foto dan Teks : Raisan Al Farisi
Editor : Prasetyo Utomo
Pewarta: Raisan Al Farisi | Editor:
Disiarkan: 15/03/2023 14:50