Memaknai Waisak dari Thudong hingga perdamaian dunia
Nuansa perayaan Waisak tahun ini terasa berbeda dari biasanya dengan hadirnya 32 biksu yang berjalan kaki sekitar 2.600 kilometer dari Nakhon Si Thammarat, Thailand dengan melintasi Malaysia, Singapura dan berakhir di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Ritual Thudong merupakan perjalanan spiritual ke tempat-tempat suci seperti gunung, gua, hutan dan candi untuk mencari pemahaman lebih dalam tentang ajaran agama Buddha dan membersihkan pikiran serta hati. Ritual seperti itu biasa dilakukan Sang Buddha dan para muridnya di masa lampau.
Sekitar pertengahan Mei 2023 mereka tiba di Jakarta untuk melanjutkan perjalanan menuju Borobudur dan ikut dalam perayaan Waisak 2567 BE/2023. Biksu asal Cirebon Bhante Kanthadammo yang turut dalam Thudong itu menyampaikan bahwa mereka sangat terharu dan tersanjung atas sambutan luar biasa dari masyarakat Indonesia selama di perjalanan.
Ketika sampai di tujuan yaitu di Candi Borobudur, para biksu melanjutkan kegiatan spiritualnya dengan turut serta dalam berbagai prosesi rangkaian Waisak. Selain kehadiran mereka, Waisak tahun ini juga dirayakan secara terbuka untuk umum setelah sempat dibatasi karena pandemi COVID-19. Sehingga, ribuan umat Buddha dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan dari berbagai negara datang untuk turut merayakannya di candi peninggalan wangsa Syailendra itu.
Di pusat kota Magelang para biksu mengawali prosesi Waisak dengan menggelar ritual Pindapata yaitu pengumpulan sedekah/sumbangan dari warga sekitar. Pindapata dimulai dari Klenteng Liong Hok Bio kemudian berjalan menyusuri kawasan pecinan. Kegiatan itu bertujuan memberi kesempatan kepada umat, baik umat Buddha maupun masyarakat umum untuk berbuat kebaikan.
Rangkaian Tri Suci Waisak selanjutnya yaitu pengambilan Api Dharma di sumber api abadi Mrapen Grobogan dan air suci di di Umbul Jumprit, kawasan lereng Gunung Sindoro Desa Tegalrejo, Temanggung oleh sejumlah biksu perwakilan Sangha (kelompok persaudaraan biksu). Api Dharma yang bermakna sumber kekuatan dan pecerahan bagi samsara kegelapan kehidupan itu selanjutnya disemayamkan di Candi Mendut sebelum dibawa ke Candi Borobudur. Begitu pula air suci sebagai simbol kesejukan dan kejernihan hati itu juga disemayamkan di sana.
Menjelang puncak perayaan, sejumlah biksu bersama ratusan umat Buddha, budayawan dan seniman juga melaksanakan ritual Larung Pelita Purnama Sidhi dan Ritual Bhakti Karuna Bumi di Sungai Progo, Desa Wanurejo, Borobudur, sebagai simbol penerangan bagi semua makhluk, sikap asih kepada lingkungan dan permohonan doa untuk perdamaian dunia.
Sebagai awal hari puncak perayaan Tri Suci Waisak 2567 BE/2023 di Candi Borobudur, sejumlah biksu bersama ratusan umat Buddha menggelar doa pagi. Dalam waktu bersamaan ribuan umat Buddha sudah berkumpul di Candi Mendut untuk mengikuti kirab Waisak 2023 menuju Candi Borobudur yang berjarak sekitar tiga kilometer.
Setibanya di Candi Borobudur, umat berkumpul di Lapangan Kenari untuk mengikuti upacara detik-detik Waisak pada pukul 10:41:19 WIB yang diisi dengan meditasi dan puja bakti dengan dipimpin oleh ratusan biksu dari berbagai Sangha. Prosesi itu juga diikuti dengan ritual Pradaksina dengan berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali.

Rangkaian Waisak 2023 diakhiri dengan pelepasan 2.567 lampion yang bermakna menghilangkan hal-hal negatif dari diri manusia serta mewujudkan impian dan harapan dari setiap umat.
Teks dan Foto oleh : Anis Efizudin
Editor : Nyoman Budhiana
Pewarta: Anis Efizudin | Editor:
Disiarkan: 26/06/2023 15:30