Tampil glamor ala haji Bugis
Dariah (52), seorang haji asal Sidrap, Sulawesi Selatan tampak bersolek dan mencoba baju adat Turung di sebuah hotel di kawasan Syisyah, Mekah, Arab Saudi. Pakaian itu rencananya akan dia kenakan setibanya di tanah air.
Dariah merupakan satu diantara banyak jamaah haji asal Bugis yang akan mengenakan baju adat berwarna mencolok dengan perhiasan emas berupa gelang, anting dan kalung.
Mereka memang mempersiapkannya sejak dari tanah air. Jamaah wanita membawa jubah mewah dan kian menarik karena corak serta warnanya yang mencolok. Jamaah haji pria pun tak mau kalah, mereka memakai gamis panjang (thawb) dan penutup kepala (khefiyyeh) layaknya pria Arab berpakaian.
Penampilan glamor jamaah haji asal Bugis saat tiba di tanah air itu sudah menjadi tradisi turun temurun. Mereka berpakaian glamor bukan untuk pamer. Mereka memakai baju mewah sebagai simbol memuliakan haji karena tidak semua orang khususnya dari Bugis dapat pergi ke tanah suci.
Tradisi itu muncul sekitar tahun 1950-an, dan pada tahun 1970-an bahwa orang yang sudah menunaikan ibadah haji disambut dan diarak keliling kampung dengan mengenakan pakaian yang cetar atau glamor.
Dengan mengenakan pakaian mewah tersebut tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang yang telah menyelesaikan dan menyandang gelar Haji.
Pakaian adat tersebut juga mengandung makna bahwa implementasi pelaksanaan haji tidak hanya di tanah suci saja namun juga dibawa sampai ke tanah air. Sekaligus menjadi pengingat bahwa dengan gelar Haji, nantinya mampu menjadi orang yang lebih baik lagi di masyarakat.
Sesampainya di debarkasi, jamaah haji biasanya akan langsung menaiki bus menuju kampung halamannya. Di tengah perjalanan, mereka akan berhenti untuk berdandan dengan pakaian mewah dan perhiasan yang telah mereka siapkan. Bak artis pulang kampung, mereka siap disambut oleh saudara dan handai tolan.
Foto dan teks : Wahyu Putro A
Editor : Prasetyo Utomo
Pewarta: Wahyu Putro A | Editor:
Disiarkan: 07/07/2023 23:54