Kemandirian pangan untuk warga binaan
Pagi itu kicauan burung bersama cahaya matahari pagi menyapa dari sela jeruji besi yang dikelilingi area perkebunan di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas IIB Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Dalam pengawasan dan bimbingan petugas, sejumlah warga binaan mulai beraktifitas di kawasan Lembaga Pelatihan kerja di dalam Lapas yang dihuni oleh 217 warga binaan pemasyarakatan ini.
Mulai dari menggemburkan tanah, menanam bibit sayur, membersihkan rumput liar hingga merawat sayur yang hampir siap panen. Semua produk hasil dari kebun ini diolah dan menjadi sumber bahan makanan warga binaan.
Bahkan hasil panen dari kegiatan ini tidak hanya digunakan untuk konsumsi internal di dalam Lapas tetapi juga dijual ke masyarakat sekitar. Pendapatan dari penjualan hasil panen tersebut digunakan untuk mendukung kebutuhan operasional Lapas sekaligus menjadi bagian dari upaya kewirausahaan yang memberikan pemasukan bagi para warga binaan dan sebagian disetorkan ke negara untuk pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
Berbagai jenis tanaman sayuran seperti cabai, tomat, terong, kangkung, kacang panjang, peria dan sawi ditanam oleh warga binaan, yang merupakan tanaman bernilai ekonomi tinggi dengan siklus tanam yang relatif singkat.
Kepala Lapas Kelas IIB Pohuwato Tristiantoro Adi Wibowo mengatakan pihaknya tak hanya fokus pada upaya menjaga keamanan dan pengawasan. Lapas yang berada di bagian barat Provinsi Gorontalo itu juga aktif memberikan dukungan dan pembinaan yang membekali warga binaan dengan keterampilan nyata.
Program kemandirian ini dibentuk agar warga binaan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri setelah masa pidana mereka selesai. Salah satu contoh konkret dari upaya ini adalah pemanfaatan lahan kosong di lingkungan Lapas yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
Kepala Subseksi Kegiatan Kerja Lapas Pohuwato Fery Utiarahman menjelaskan, program ini dirancang dengan pendekatan pelatihan praktis. Warga binaan diajarkan berbagai teknik dasar pertanian mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, hingga proses panen.
Dengan adanya bimbingan dari pihak lapas, warga binaan dapat merasakan pengalaman langsung dalam mengelola lahan secara mandiri.
Program pertanian ini juga sejalan dengan program ketahanan pangan yang diusung oleh Pemerintah, di mana Lapas di seluruh Indonesia diharapkan mampu mencapai kemandirian pangan. Ketahanan pangan ini menjadi salah satu fokus utama dalam Asta Cita.
Tujuan utama dari program ini juga untuk membangun rasa percaya diri warga binaan. Dengan keterampilan yang mereka peroleh selama berada di Lapas, warga binaan dapat kembali ke masyarakat dengan rasa percaya diri yang lebih tinggi, memiliki harapan, serta mampu memulai hidup baru dengan bekal keterampilan yang mumpuni.
Program Lapas Pohuwato ini dapat menjadi inspirasi bagi lapas-lapas lainnya di Indonesia. Dengan memberdayakan warga binaan melalui pelatihan kerja dan pembinaan kemandirian, Lapas bisa lebih berperan aktif dalam mengurangi angka residivisme, yaitu kecenderungan untuk kembali melakukan tindak pidana setelah bebas.
Foto dan teks : Adiwinata Solihin
Editor : Yusran Uccang
Pewarta: Adiwinata Solihin | Editor:
Disiarkan: 16/12/2024 21:30