Santri penunggang kuda dari Kanzul Ulum Padang

Sejumlah santri anggota Al Pasie Stable Pondok Pesantren Kanzul Ulum berfoto bersama di depan kandang kuda, di Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Sejumlah santri membaca Al Quran di Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Sejumlah santri mengangkat rumput makanan kuda di kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Santri menyiapkan sayur toge yang dicampur dengan sagu untuk makanan kuda di kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Santri memberi makan kuda di kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Seekor kuda dimandikan di kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Santri menunjukan sikat untuk menggosok bulu kuda di kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Sejumlah santri mendekatkan kuda jantan dan betina untuk mengetes kondisi kehamilan kuda di kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Seorang santri melatih kudanya melompati rintangan di Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Santri Pondok Pesantren Kanzul Ulum melatih kuda berpacu, di Pantai Pasia Nan Tigo Padang, Sumatera Barat
Poster tarif infak berkuda yang diberlakukan di Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Sejumlah santri berada di sekitar kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Santri melatih kudanya membawa bendi untuk persiapan menyambut lebaran di kandang kuda Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat
Wisatawan menggunakan jasa wisata berkuda ditawarkan santri Pondok Pesantren Kanzul Ulum, di Pantai Pasia Jambak Padang, Sumatera Barat
Wisatawan menggunakan jasa wisata berkuda ditawarkan santri Pondok Pesantren Kanzul Ulum, di Pantai Pasia Jambak Padang, Sumatera Barat

Usai waktu subuh, para santri tadarusan di masjid. Ketika matahari mulai terlihat, sebagian santri berada di kandang. Dari sana ringkik kuda terdengar samar, satu per satu santri mengeluarkan kuda ke gelanggang.

Mereka membawa kuda-kuda tersebut berlari, ada pula yang ditunggangi. Kemudian diberi makan dan dimandikan selayaknya apa yang dilakukan di peternakan kuda.

Kegiatan tersebut menjadi rutinitas para santri pengurus kuda setiap pagi di Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Pasie Nan Tigo Padang, Sumatera Barat. 

Di pesantren itu, para santri tidak hanya belajar Al Quran dan hadis, tetapi juga berkuda. Mereka juga dilibatkan dalam kegiatan berbasis agro dan enterpreneur. 

Pimpinan Pondok Pesantren Kanzul Ulum Padang, Buya Muhammad Subhan mengatakan, Unit Usaha berkuda itu awalnya dibuka hanya untuk melatih santri dalam berkuda, dengan memulai memelihara sepasang kuda.

Dengan berkuda dapat melatih mental santri supaya mereka tangguh, tidak cengeng, menjadi patriot, dan siap dalam keadaan apapun dan di mana pun berada serta siap untuk berkorban.

Pengembangan unit usaha berkuda itu meliputi jasa wisata berkuda yang dibuka setiap akhir pekan di Pantai Pasia Jambak Padang. Para santri membawa satu hingga dua ekor kuda ke pantai wisata yang terdekat dengan pondok pesantren. Bagi wisatawan yang ingin menunggangi kuda dikenai tarif Rp40 ribu per orang, sedangkan yang ingin berfoto dengan kuda membayar Rp10 ribu per orang. Jika ramai, dalam sehari santri dapat mengumpulkan hingga Rp500 ribu.

Selain itu, pengurus pondok melakukan pengembangan usaha dengan membuka pelatihan privat berkuda bagi umum. Tarif yang diberlakukan Rp2 juta untuk 10 kali pertemuan dan kini sudah memiliki 4 anggota yang sudah lulus.

Pengembangan usaha selanjutnya yakni beternak kuda dengan dimulai dari sepasang kuda, kini pesantren itu sudah memiliki 9 ekor kuda. Anak-anak kuda yang sudah lepas susu sudah bisa dijual. Namun pesantren belum bisa membiarkan induk-induk kuda melahirkan banyak anak karena sarana dan lahan masih terbatas.

Selain kuda lokal, di pesantren ini juga terdapat anak hasil kawin silang kuda lokal dan kuda eropa dengan jenis crossbreed. Satu ekor anak kuda berusia 6 bulan dapat dijual Rp35 juta, sementara yang sudah dewasa dapat mencapai Rp65 juta.

Dari unit usaha itu, membuat para santri tidak asing dengan kuda. Mereka terbiasa merawat dan mengendarai kuda. Menurut Buya Muhammad Subhan, biasanya ada anak nakal, jika kita kenalkan dengan berkuda, nanti sifatnya akan kembali ke fitrahnya.

Hasil dari unit usaha tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan pondok pesantren yang awalnya sangat sederhana dan dimulai dari nol. Bangunan pondok awal mulanya adalah bekas kandang kambing yang kemudian direhabilitasi menjadi kamar bagi santri pada 2014 dan kini bangunan berdiri di atas lahan 1.800 meter untuk putra dan 1.000 meter untuk pondok putri.

Santri lulusan Kanzul Ulum untuk kelas tahfiz ditargetkan dapat menjadi hafal Al Quran, sedangkan kelas alim menjadi ulama yang siap berdakwah di tengah masyarakat.

Bagi santri yang orang tuanya kurang mampu tetap dapat belajar namun mengikuti kegiatan khidmat sebagai kompensasi pembayaran uang makan bulanan.

Kini Pondok pesantren yang berada di tepi pantai itu kini tidak hanya mengembangkan unit usaha berkuda saja, tapi juga telah membuka toko pengendali inflasi dan rencananya akan membangun rumah makan.

 

Foto dan Teks : Iggoy el Fitra

Editor : Yusran Uccang

Pewarta: Iggoy El Fitra | Editor:

Disiarkan: 16/03/2025 14:47