Kebersamaan dalam Ramadhan

Santri berjalan menuju masjid usai mengikuti kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Sejumlah santri melaksanakan shalat Tarawih di Masjid Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Santri membaca Al Quran usai menunaikan shalat Dzuhur di Masjid Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Sejumlah santri mengikuti tadarus Al Quran di Masjid Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Santri mengikuti belajar di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Santri belajar di pondok pesantren.
Santri istirahat tidur usai membaca Al Quran di Masjid Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Sejumlah santri belajar bersama untuk persiapan ujian di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Santri menunjukkan menu berbuka puasa (takjil) di masjid pondok pesantren.
Santri berbuka puasa bersama di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Santri berbuka puasa bersama di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.
Foto kolase Muhammad Irfan (kiri) salah satu pengasuh muda tamatan Pesantrean Ar-Raudlatul Hasanah dan Muhammad Adiyani Sembiring (kanan) salah satu pengasuh yang sudah mengabdi selama 25 tahun sekaligus tamatan dari Pesantrean Ar-Raudlatul Hasanah.

Langkah-langkah kaki yang terdengar dari balik gedung menjadi pertanda para santri bersiap menuju masjid di lingkungan Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara.

Suara azan seperti magnet bagi santri untuk  segera menunaikan shalat. Usai menjalankan ibadah shalat, mereka kemudian membentuk lingkaran dan memulai tadarus Al Quran. Sebuah tradisi pesantren yang dilakukan setiap tahunnya di bulan Ramadhan.

Tadarus Al Quran dengan gaya melingkar itu merupakan ciri khas pesantren Ar-Raudlatul Hasanah di bulan Ramadhan. Pola melingkar ini mempermudah para santri untuk menyelesaikan bacaan dan menyimak satu sama lain.

Setiap lingkaran yang dibuat, terdapat 9 hingga 11 santri di dalamnya. Dalam kegiatan yang ditekuni mulai hari pertama hingga 20 Ramadhan ini, santri bisa menyelesaikan (khatam) Al Quran dalam waktu empat sampai lima hari saja.

“Sebenarnya hikmahnya adalah untuk saling mengoreksi sekaligus memperbaiki bacaan santri. Jadi dalam tadarus ini bacaan Al Quran dibaca secara bergantian. Kemudian yang lainnya menyimak. Apabila ada yang mendapatkan bacaan yang kurang pas atau salah, teman satu lingkarannya bisa memperbaiki,” kata Wakil Direktur Pesantren Ustaz Carles.

Tradisi tadarus Al Quran di pesantren itu diikuti sebanyak 1.600 santri dan 1.900 santriwati. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Aceh, Riau, Sumatera Barat, Batam, Lampung, Kalimantan dan Jawa.

Usai tadarus yang berlangsung sekitar satu jam, sebagian santri beristirahat di masjid dan sebagian lagi di kamar masing-masing menunggu waktu shalat Ashar.  Pada pukul 17:30 WIB, para santri bersiap untuk mengambil takjil gratis yang disediakan pesantren. Santri-santriwati dibiasakan antre saat pengambilan takjil gratis agar tertib dan teratur. 

Di sela-sela menanti waktu berbuka puasa, sebagian santri terbiasa mengulas materi pelajaran setiap harinya di masjid  dan sisanya ngabuburit di halaman pesantren.

Kebersamaan begitu terasa saat waktu berbuka puasa tiba, mereka berbagi makanan dan minuman. Kebersamaan dalam menimba ilmu menjadi sesuatu yang istimewa, terlebih di bulan Ramadhan, seperti yang dianjurkan dalam Al Quran.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran,” isi Surat Al Maidah ayat 2.

 

Foto dan Teks : Yudi Manar

Pewarta: Yudi Manar | Editor:

Disiarkan: 30/03/2025 12:35