Menjalin diplomasi lewat sejarah terpendam di bawah laut
Perang dunia kedua telah menyimpan berbagai cerita penderitaan manusia di berbagai belahan dunia. Selat Lombok pun turut menjadi saksi pertempuran antara Amerika Serikat dengan Jepang yaitu ketika kapal angkut USAT Liberty Amerika Serikat ditembak dua terpedo oleh kapal selam Jepang jelang matahari terbit pada 11 Januari 1942.
Kapal USAT Liberty yang mengalami kerusakan ditarik menuju pelabuhan di Singaraja yang saat itu menjadi pusat administrasi wilayah perairan Sunda Kecil. Namun karena kondisi kerusakan yang parah dan lambung kapal penuh terisi air, kapal tersebut hanya bisa sampai di Desa Tulamben, tepatnya 75km dari Singaraja di ujung timur Pulau Bali.
Di desa itulah akhirnya kapal buatan tahun 1918 tersebut disandarkan serta dilakukan bongkar muat sebelum tentara Jepang datang. Pada akhirnya lahar dingin dari letusan gunung Agung menghempaskannya ke lautan sekitar 40 meter dari pantai dan karam di kedalaman 10-30 meter pada tahun 1963.
Di balik sejarah itu, bangkai kapal yang kini menjadi objek wisata selam itu juga memberi inspirasi untuk mempererat hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat. TNI Angkatan Laut bersama Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia mengadakan kegiatan bersama dengan pemasangan prasasti, pengibaran bendera kedua negara dan peletakan karangan bunga di bawah laut di lokasi karamnya kapal USAT Liberty itu.
Kepala Dinas Sejarah TNI Angkatan Laut (Disjarahal) Laksamana Pertama TNI Hariyo Poernomo mengatakan, kegiatan itu merupakan salah satu tugas pokok TNI AL dalam sektor diplomasi, sehingga dapat memperkuat persahabatan dan komitmen bersama kedua negara dalam melestarikan warisan sejarah serta ekosistem bawah laut yang kini tumbuh subur di sekitar bangkai kapal USAT Liberty.
Pada 12 April 2025 kegiatan yang dimotori Disjarahal itu mulai dilaksanakan dengan menerjunkan penyelam Naval Historical Diver (NHD) bersama penyelam dari Kedutaan Besar Amerika Serikat dan masyarakat setempat. Di bawah pimpinan Dansatgas Kolonel Laut (PM) Juang Pawana kegiatan tersebut diawali dari mencetak tugu prasasti seberat 300 kilogram, survei lokasi pemasangan serta latihan yang cukup menguras tenaga karena harus melakukan penyelaman berulang kali.
Selain itu juga dilakukan upacara adat dan doa bersama dengan melibatkan personel TNI AL, Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) selaku perwakilan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, pemangku adat dan masyarakat Desa Tulamben.
Pada puncak pelaksanaannya, acara diawali dengan penyerahan karangan bunga dari Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Heather Merrit kepada Dive Duty Officer atau perwira pelaksana penyelaman Letkol Laut (P) Ponco Yudo, untuk diletakkan di prasasti USAT Liberty.
Saat penyelaman dimulai, Lettu Laut (PM) R.Farras Kurniawan dan Captain USMC Josh Cambers membawa bendera, perwakilan NHD Disjarahal Edwin Hadi Muljono dan Staf Atase Pertahanan Angkatan Darat Amerika Serikat CW2 Curtis membawa plakat prasasti, serta lima prajurit anggota Lanal Bali, Kopaska, Dislambair, Pecalang perlahan mulai turun menuju titik lokasi pada kedalaman 10 meter.
Di kedalaman air yang tenang itu upacara mulai dilaksanakan. Secara beriringan plakat dipasang, bendera kedua negara tertancap pada posisinya, karangan bunga juga diletakkan sesuai tempat yang direncanakan.
Upacara juga dilanjutkan dengan penghormatan secara serentak di dalam air sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah masa lalu dan prajurit yang gugur di laut.
Sejarah baru dimulai, kegiatan itu menjadi simbol diplomasi untuk mempererat hubungan bilateral Indonesia – Amerika Serikat sehingga diharapkan dapat menciptakan masa depan yang lebih harmonis dan saling menghargai, serta menjunjung tinggi perdamaian abadi sesuai yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Foto dan teks : Muhammad Adimaja
Editor : Nyoman Budhiana
Pewarta: Muhammad Adimaja | Editor:
Disiarkan: 26/04/2025 09:41