Harapan dan perubahan napi dari balik jeruji

Sejumlah warga binaan lansia berada di dalam kamar Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Warga binaan membuat pola batik gandrung jeruji
Warga binaan menata batik dan sertifikat hak cipta di dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Warga binaan potong rambut di dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Warga binaan bermain bola volly di dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Warga binaan yang bertugas di dapur menyajikan nasi cadong untuk warga binaan lainya di dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Petugas bersiap mengantarkan menu nasi cadong untuk berbuka para warga binaan
Sejumlah warga binaan menggelar buka puasa bersama di dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Warga binaan mengecek mushaf AL Quran yang ditulisnya
Sejumlah warga binaan tadarus Al Quran di Masjid dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Warga binaan berada di dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Warga binaan berada di dalam Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur
Petugas berjaga di atas menara Lapas kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur

Lapas Kelas IIA Banyuwangi menjadi rumah sementara bagi 926 warga binaan yang menjalani masa hukuman mereka. Di balik jeruji besi, kehidupan mereka tidak hanya tentang menebus kesalahan, tetapi juga belajar dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Sebagai bagian dari program pembinaan, para narapidana dibekali berbagai keterampilan yang dapat menjadi bekal saat mereka telah menyelesaikan masa tahanan dan kembali bermasyarakat. Salah satu yang paling menonjol adalah pelatihan membatik. Dengan penuh ketekunan, mereka menciptakan karya seni batik khas yang diberi nama "Jeruji" sebagai simbol perjalanan dan harapan.

Bahkan sudah ada 7 motif batik yang resmi tercatat dalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) diantaranya motif gandrung, blufire wayang, Jenon seblang, bunga kopi, sekar jagat, Jenon wayang dan blufire kayu mati yang menandakan bahwa hasil karya warga binaan diakui secara hukum dan memiliki nilai jual di pasar.

Ketika bulan suci Ramadhan, suasana di dalam Lapas berubah menjadi lebih religius. Warga binaan memanfaatkan waktu mereka untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah, tadarus Al-Qur'an, hingga lomba dakwah menjadi bagian dari keseharian mereka. Tak hanya itu, sebagai wujud kebersamaan dan dedikasi mereka terhadap agama, warga binaan di Lapas ini membuat Al-Qur’an raksasa yang dimulai pada peringatan Nuzulul Quraan, sebuah karya monumental yang mencerminkan ketekunan dan semangat mereka dalam mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan positif.

Menteri Imirgasi dan Pemasyarakatan memberikan arahan khusus pada bulan Ramadhan agar setiap Lapas menciptakan suasana Ramadhan yang kondusif dan memberikan akses yang lebih luas kepada warga binaan untuk meningkatkan pendalaman agama serta memastikan hak-hak mereka terpenuhi dengan baik selama menjalani masa tahanan.

Kepala Lapas Banyuwangi Mohamad Mukaffi mengatakan, sebagai upaya meningkatkan kemandirian warga binaan setelah bebas, Lapas kelas II Banyuwangi menjalankan program pembinaan berwirausaha di sektor UMKM yang sejalan dengan arahan presiden agar setiap instansi termasuk pemasyarakatan turut serta mendukung ketahanan Pangan dan Ekonomi nasional.

Di balik upaya pembinaan yang dilakukan, Lapas Kelas IIA Banyuwangi menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah masalah over kapasitas. Dengan kapasitas ideal hanya 260 orang, Lapas ini telah dihuni sekitar 926 orang. Kepadatan ini tentu menjadi kendala dalam berbagai aspek, mulai dari kenyamanan, kesehatan, hingga efektivitas pembinaan. Meski demikian, pihak Lapas terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dan memastikan setiap warga binaan mendapatkan hak-haknya.

Kehidupan di Lapas Kelas IIA Banyuwangi bukan sekadar tentang menjalani hukuman, tetapi juga tentang perubahan, harapan, dan kesempatan kedua. Dengan adanya berbagai program pembinaan, mulai dari pelatihan keterampilan hingga kegiatan keagamaan, diharapkan para warga binaan dapat keluar dari Lapas dengan bekal yang cukup untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di tengah masyarakat.

FOTO dan Teks: Budi Candra Setya

Editor : Yusran Uccang

 

Pewarta: Budi Candra Setya | Editor:

Disiarkan: 01/05/2025 16:32