Menjaga denyut nadi perekonomian di jantung Sulawesi

Sejumlah tukang ojek mengantre untuk melewati jalan tanah menanjak di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Tukang ojek, Muhammad Rapil (37), berdiri di dekat sepeda motornya yang mengangkut barang sesampainya di Kecamatan Seko.
Tukang ojek mengisi bahan bakar minyak ke tangki sepeda motornya sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Seko di salah satu warung makan di Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Sejumlah tukang ojek membantu memperbaiki posisi motor rekannya yang terperosok saat melewati jalan menanjak di Kecamatan Seko.
Tukang ojek mengangkut hasil pertanian melewati jalan alternatif (para-para) di Kecamatan Seko.
Tukang ojek memperbaiki sepeda motornya sebelum melanjutkan perjalanan di Kecamatan Seko.
Sejumlah tukang ojek beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Seko di salah satu warung makan di Kecamatan Rongkong.
Seorang tukang ojek bersama anaknya duduk di depan rumahnya di Kecamatan Seko.
Warga menumbuk buah kopi untuk melepaskan kulitnya di Kecamatan Seko.
Foto udara salah satu permukiman penduduk di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Suara knalpot memecah kesunyian. Para tukang ojek memacu sepeda motornya menerobos jalan, menyusuri hutan dan perbukitan. Menguras tenaga demi menjaga keseimbangan sepeda motornya.



Berkali-kali mereka harus berhenti di jalan. Memperbaiki kerusakan motor atau sekedar meregangkan otot di warung makan sambil menyeruput secangkir kopi. Mereka selalu jalan berkelompok agar bisa saling membantu saat ada kendala selama perjalanan. 



Setiap hari, puluhan hingga seratusan tukang ojek berjibaku guna memacu roda perekonomian di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Salah satu daerah terpencil di tengah Pulau Sulawesi yang berjarak sekitar 126 kilometer dari Masamba, Ibu Kota Kabupaten Luwu Utara.



Para tukang ojek bekerja sama dan berjuang dengan gigih untuk mendistribusikan berbagai kebutuhan sandang pangan dan papan bagi sekitar 14.399 jiwa penduduk Kecamatan Seko yang tersebar di 12 desa. Selain itu, mereka juga mengangkut hasil pertanian warga untuk dijual ke kota. 



Untuk jasa tersebut, mereka memasang tarif mulai dari ratusan ribu rupiah hingga Rp2 juta rupiah setiap pengangkutan, tergantung berat dan jenis barangnya. 



Kecamatan Seko yang berada di ketinggian 1.200 – 1.800 meter di atas permukaan laut itu, memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Seperti pada sektor pariwisata dan peternakan dengan hamparan sabana yang luas. Juga sektor pertanian yang didominasi oleh budi daya tanaman padi khas Seko, kakao dan kopi yang sebagian besar ditanam secara organik tanpa menggunakan pupuk dan pestisida. 



Salah satu warga Dusun Lambiri, Desa Embonatana, Kecamatan Seko, Ruhasiar, menyatakan dirinya dan warga merasa terbantu dengan kehadiran jasa para tukang ojek, terutama untuk menjual hasil kebun ke kota dan mengangkut barang dari kota untuk kebutuhan sehari-hari warga. 



Pemerintah telah berupaya meningkatkan infrastruktur jalan ke daerah itu. Hingga tahun 2024, akses jalan beraspal telah sampai di wilayah Kecamatan Seko. Namun, akses tersebut belum menjangkau perkampungan atau permukiman warga sehingga akses penghubung antardesa masih berupa jalan tanah. 



Perjalanan dari Dusun Palandoang yang merupakan perkampungan pertama ditemui saat masuk ke wilayah Seko menuju perkampungan kedua di Dusun Lambiri, Desa Embonatana sejauh 13 km membutuhkan waktu empat hingga enam jam menggunakan sepeda motor. 



Meskipun fasilitas bandara telah tersedia untuk penerbangan pesawat perintis, tetapi terbatasnya muatan dan jadwal penerbangan menjadikan moda transportasi udara belum bisa memenuhi kebutuhan mobilitas warga setempat. 



Jasa transportasi darat terutama para tukang ojek itu menjadi salah satu solusi di tengah tantangan. Mereka senantiasa siap bergerak bersama untuk berkontribusi menjaga urat nadi perekonomian di jantung Sulawesi tersebut tetap mengalir.



 

Foto dan Teks : Arnas Padda

Editor              : Puspa Perwitasari

Pewarta: Arnas Padda | Editor:

Disiarkan: 08/05/2025 19:19