Suguhan spesial bawah air di desa wisata Tulamben

Relief penyelam di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Petugas pusat penyelaman (dive center) di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Petugas pusat penyelaman (dive center) menyiapkan perlengkapan selam Alat Pengendali Daya Apung (BCD) di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Seorang porter membawakan tabung selam di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Sejumlah wisatawan bersiap melakukan penyelaman di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Seorang pendamping (buddy) menunjukkan area penyelamn di Perairan Laut Tulamben di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Sejumlah wisatawan berjalan untuk melakukan penyelaman di Perairan Laut Tulamben di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Wisatawan melakukan penyelaman bebas (freediving) di area Kapal Karam USAT Liberty Amerika Serikat, di Perairan Laut Tulamben, Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Sejumlah wisatawan melakukan penyelaman di Perairan Laut Tulamben di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Wisatawan melihat terumbu karang yang tumbuh di area Kapal Karam USAT Liberty Amerika Serikat, di Perairan Laut Tulamben, Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Biota laut Ikan Buntal (tetraodontidae) Koral Gorgonia ventalina (tengah) dan Bintang Laut (asteroidea) di Perairan Laut Tulamben di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Wisatawan melakukan penyelaman di area Kapal Karam USAT Liberty Amerika Serikat, di Perairan Laut Tulamben, Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Wisatawan berada di permukaan usai melakukan penyelaman di Perairan Laut Tulamben, Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Seorang porter membawakan alat selam milik wisatawan di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.
Seorang wisatawan berada di pusat penyelaman (dive center), Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.

Tulamben adalah sebuah desa yang berjarak dua jam lebih perjalanan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Melintasi jalan curam memutari Gunung Agung dengan pemandangan yang indah membuat perjalanan ke desa itu tidak terasa. Selepas puluhan jalan berkelok sebuah gapura dengan relief penyelam menyambut para pendatang di Tulamben, desa wisata menyelam.

Turis yang datang ke desa tersebut rata-rata membawa perlengkapan menyelam. Pemandangan di setiap langkah kanan kiri jalanan terdapat ‘dive center’ atau pusat penyelaman yang siap mengantarkan para penyelam seluruh dunia untuk melihat keindahan bawah laut di Perairan Laut Tulamben.

Semua diawali era 70-an oleh salah satu tokoh penyelam bali yaitu Nyoman Rena bersama empat teman lainnya. Mereka mendapat tugas dari Pemda Bali untuk eksplor dive spot di Bali, berbekal informasi dari TNI Angkatan Laut, kapal milik Amerika Serikat USAT Liberty diketahui tenggelam akibat hempasan lahar dingin dari letusan Gunung Agung pada tahun 1963, di Kawasan Perairan Laut Tulamben, Desa Kubu, Kecamatan Karangasem, Bali.

Setelah berhasil dieksplorasi, keberadaan kapal tersebut menarik perhatian dua penyelam legendaris yaitu Almarhum Wally Siagian pembuat buku Diving Bali dan pemilik dive center Bali International Diving Profesional Almarhum Avandy Djunaidi yang membuat foto-foto di area kapal karam USAT Liberty Amerika Serikat, hingga akhirnya mendatangkan banyak wisatawan ataupun penyelam baik lokal maupun mancanegara ke desa tersebut.

Berdasarkan data Dinas Sejarah Angkatan Laut, USAT Liberty Amerika Serikat dengan panjang 125 meter berada di kedalaman 10-30 meter. Seorang Instruktur master selam Riga Rizky Pratikno mengatakan seorang penyelam hampir membutuhkan 45 menit penyelaman untuk mengelilingi bagian kapal tersebut.

“Ya kalau keliling saja tanpa harus berhenti lama di satu spot, biasanya 45 menit,” katanya saat ditemui di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali.

Riga juga mengatakan, bahwa lokasi penyelaman perairan Laut Tulamben tidak hanya terkenal akan lokasi itu saja, tapi juga terkenal untuk para pecinta makro fotografi bawah laut, karena banyaknya biota laut yang kecil serta berwarna-warni.

Bagi wisatawan yang ingin menyelam bisa datang dan mengambil paket dua orang dengan harga 2,5 juta per orang, untuk mendapatkan pengalaman 5-6 kali penyelaman lengkap dengan perlengkapan serta pendamping selama penyelaman.

Kepala Dusun Desa Tulamben I Nyoman Suastika, menjelaskan bahwa dengan adanya dive center di desa itu, maka perekonomian desa tersebut kian meningkat. Berdasarkan catatan Kementerian Kebudayaan, pada tahun 1942-1979 kondisi sosial ekonomi masyarakat Tulamben masuk ke dalam salah satu desa termiskin di Bali karena pendapatan perkapitanya rendah.

“Dulu pendapatan desa ini sangat rendah dan tergolong desa yang miskin, tapi semenjak adanya area menyelam, desa ini mulai mengalami peningkatan secara ekonomi karena banyak dive center yang buka, sehingga mulai terbuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat, pendapatan masyarakat saat ini bisa mencapai 4-5 juta per bulan,” ujarnya.

Dia juga mengharapkan agar pemerintah daerah terutama imigrasi lebih ketat lagi mengawasi keberadaan orang asing yang menjadi pendamping selam tanpa ijin, karena menyebabkan berkurangnya pendapatan bagi pendamping selam atau ‘buddy’ lokal di Desa Tulamben.

“Saya harapkan pemerintah daerah khususnya imigrasi berkolaborasi dengan masyarakat untuk mengawasi penyelam asing yang menjadi pendamping selam sehingga potensi ekonomi Tulamben sebagai obyek wisata selam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pemerintah,” tutupnya.

 

Foto dan Teks: Muhammad Adimaja

Editor : Fanny Octavianus

Pewarta: Muhammad Adimaja | Editor:

Disiarkan: 23/06/2025 01:53