Menanam harapan di Nusakambangan

Mobil Trans Pemasyarakatan melintas di jalan raya di Pulau Nusakambangan.
Nelayan menaiki perahu di seberang tanda Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Nusakambangan di perairan Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Dua warga binaan pemasyarakatan berpose di peternakan ayam petelur yang dikembangkan di Pulau Nusakambangan.
Warga binaan pemasyarakatan memberi pakan ayam petelur di wilayah Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Warga binaan pemasyarakatan menunjukkan telur ayam yang dipanen di peternakan yang dikelola di Pulau Nusakambangan.
Warga binaan pemasyarakatan berdiri di dekat ternak kambing yang dirawatnya di peternakan Pulau Nusakambangan.
Warga binaan pemasyarakatan mengelola sampah di Pulau Nusakambangan.
Dua warga binaan pemasyarakatan memproduksi pupuk organik di Pulau Nusakambangan.
Warga binaan pemasyarakatan bercocok tanam di area pertanian tanaman cabai di Pulau Nusakambangan.
Warga binaan pemasyarakatan melukis mural di wilayah Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Monumen bertuliskan Nusakambangan Membangun di Pulau Nusakambangan.
Foto udara salah satu lahan tambak ikan dan udang di pesisir wilayah Pulau Nusakambangan.

Matahari terik bersinar di atas Pulau Nusakambangan. Namun, rindangnya pepohonan meneduhkan pulau yang menjadi lokasi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) berkeamanan tinggi tersebut.



Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan per awal Juli 2025, sebanyak 11 Lapas dengan 2.992 warga binaan bertempat di pulau yang terletak di selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah itu.



Namun siapa sangka, di pulau seluas sekitar 12 ribu hektare itu terdapat balai latihan yang membekali warga binaan dengan keterampilan kerja dan kewirausahaan, sebagai persiapan setelah masa hukuman mereka selesai.



Balai latihan memberikan kesempatan warga binaan itu untuk belajar dan praktik langsung pada program pelatihan keterampilan pertanian, peternakan, produksi pupuk organik, hingga pengolahan limbah sampah. Data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menunjukkan, saat ini sebanyak 247 warga binaan di Nusakambangan menjalani program tersebut.



Di atas tanah Pulau Nusakambangan itulah, tangan-tangan para warga binaan pemasyarakatan yang sedang menjalani masa hukuman bersemangat menancapkan bibit tanaman pangan dan hortikultura.



Sementara itu, warga binaan lainnya belajar merawat hewan ternak seperti ayam, bebek, sapi, hingga kambing. Budi daya tambak ikan hingga udang pun juga mereka giatkan di sejumlah lokasi yang berdampingan dengan bangunan-bangunan kokoh Lapas.



Salah satu warga binaan di Lapas Permisan Nusakambangan, Teguh mengaku senang dan antusias dirinya diikutsertakan dalam program ini. Bersama enam warna binaan lainnya, Teguh belajar cara beternak ayam petelur dari pakar yang didatangkan oleh Balai Pemasyarakatan Nusakambangan. “Senang ngejalaninnya, bisa buat bekal ketika di luar nanti,” kata Teguh.



Setali tiga uang dengan Teguh, seorang warga binaan lainnya di Lapas Terbuka Nusakambangan, Ambar juga bersyukur bisa menimba ilmu melalui kegiatan tersebut. Bersama sembilan warga binaan lainnya, mereka secara khusus belajar membuat pupuk organik. “Saya akan membuka usaha pupuk setelah bebas dari sini,” harap Ambar.



Selain mendapatkan bekal keterampilan, warga binaan peserta program tersebut juga akan memperoleh imbalan uang atau premi. Uang tersebut dapat digunakan oleh warga binaan selama menjalani masa hukuman, atau dijadikan tabungan untuk modal usaha ketika nanti telah selesai menjalani masa hukuman.



Keberadaan dan aktivitas balai latihan di Lapas Nusakambangan ini menegaskan bahwa Lapas bukan hanya tempat menjalani hukuman, tetapi juga wadah untuk bertransformasi.



Melalui peningkatan keterampilan, warga binaan diharapkan dapat membuka lembaran baru, menjadikan keahlian yang mereka peroleh sebagai bekal masa depan yang lebih baik.



 



Foto dan teks : Sulthony Hasanuddin



Editor : Yusran Uccang

Pewarta: Sulthony Hasanuddin | Editor:

Disiarkan: 19/07/2025 09:44