Babak Baru Rivalitas Merah vs Biru

Persaingan antara Liverpool dan Chelsea sejatinya adalah perkara baru di kancah sepakbola Inggris. Kedua klub tidak memiliki permusuhan yang berurat-berakar seperti halnya Manchester United vs Liverpool. Di antara empat klub Inggris yang mendapat sebutan The Big Four (Manchester United, Arsenal, Liverpool dan Chelsea), rivalitas The Reds vs The Blues mungkin berada di urutan paling bontot.

Tapi, tunggu dulu. Meski kurang "greget", persaingan kedua klub untuk menjadi kampiun bukan tidak ada. Saat harapan Chelsea untuk menjuarai Liga Champions 2004-2005 pupus oleh Liverpool di babak semi final, pelatih The Blues Jose Mourinho menyebut gol kontroversial dari kaki Luis Garcia sebagai "gol setan". Sejak itulah Chelsea mulai menaruh dendam pada The Reds.

Kedua tim lalu bertemu lagi di final Piala Carling tahun 2005. Chelsea kebobolan di menit pertama oleh John Arne Riise. Liverpool sepertinya akan menjadi juara karena skor 1-0 terus bertahan menjelang akhir babak kedua. Di menit ke-79, gol bunuh diri Steven Gerrard membuka peluang bagi Chelsea. Saat laga dilanjutkan ke babak tambahan, dua gol yang diceploskan Didier Drogba dan Mateja Kezman membalik keadaan. Meski sempat dibalas oleh Antonio Nunez, skor 3-2 untuk Chelsea bertahan hingga wasit meniup peluit panjang.

Liverpool lalu membalas kekalahannya itu di semi final Piala FA 2006. Dalam laga yang digelar di Old Trafford itu, Riise lagi-lagi mencetak gol pembuka bagi The Reds. Gol dari Garcia menambah penderitaan Chelsea, meski sempat dibalas oleh Drogba. Skor 2-1 bertahan hingga akhir pertandingan. Chelsea pun tersingkir.

Rivalitas kedua klub sebetulnya lebih sering muncul di ajang Liga Champions. Sejak insiden "gol setan", mereka bertemu lagi di kompetisi bergengsi itu pada musim 2005-2006. Posisi Liverpool yang berada di luar empat besar liga primer memaksa The Reds bertemu Chelsea lebih awal di babak grup. Dua kali bertanding, dua kali pula berakhir tanpa gol. Keduanya berhasil lolos ke babak knock-out namun gagal menghadapi lawan masing-masing. Chelsea dikalahkan Barcelona dan Liverpool menyerah di hadapan Benfica.

Di Liga Champions musim berikutnya, Chelsea dan Liverpool berhadapan lagi. Kali ini kedua klub bertemu di semi final. Skor agregat 1-1 membuat mereka menjalani adu pinalti untuk menentukan sang finalis. Empat eksekusi Liverpool berjalan mulus, namun Chelsea harus menyaksikan kegagalan Arjen Robben dan Geremi Njitap menyarangkan bola ke gawang The Reds. Sayang, langkah Liverpool mentok di final karena dikalahkan AC Milan 1-2.

Pertemuan terakhir mereka di Liga Champions terjadi pada tahun 2009. Saat Fernando Torres melesakkan gol ke gawang Peter Cech di menit ke-6, sepertinya Liverpool telah membuka jalan menuju semi final. Tapi apa mau dikata, tiga gol yang disarangkan The Blues ke gawang The Reds di Anfield lagi-lagi membalikkan keadaan. Di leg kedua, giliran Liverpool mengambil alih permainan dan mengakhiri laga dengan keunggulan 2-0. Skor agregat menjadi imbang 3-3, tapi yang melaju ke semi final adalah Chelsea gara-gara selisih satu gol tandang.

Rivalitas kedua tim semakin menghangat saat Chelsea dikabarkan menyiapkan dana 70 juta dolar untuk meminang Torres pada Mei 2010. Sepertinya The Blues ingin memanfaatkan momentum keterpurukan klub asuhan Rafael Benitez itu di ajang Liga Primer Inggris musim 2009-2010 lalu. Posisi ke-7 di papan klasemen tak cuma membuat The Reds gagal mengangkat trofi Liga Primer pertama buat mereka, tapi juga kehilangan tiket ke Liga Champions. Kondisi inilah yang disebut-sebut sebagai faktor pemicu sang El-Nino untuk memikirkan lagi masa depannya bersama tim kebanggan kota pelabuhan itu.

Rafa akhirnya didepak di tengah musim dan Roy Hodgson yang menggantikannya pada Juli 2010 ternyata tidak lebih baik ketimbang pelatih asal Spanyol itu. Nostalgia masa lalu akhirnya menempatkan Kenny Dalgish, salah satu legenda Liverpool, ke bangku pelatih. Meski tanda-tanda kebangkitan The Reds mulai tampak bersama The King, keinginan Torres untuk "pindah ke lain hati" sepertinya sudah tak bisa diredam lagi.

Apakah persaingan The Blues vs The Reds makin meruncing saat Torres akhirnya menerima pinangan Chelsea akhir Januari lalu? Tampaknya, ya. Lihat saja reaksi sejumlah pendukung fanatik Liverpool yang membakar kaos merah bernomor punggung 9. Meski sebagian besar Liverpudlian mengecam aksi ini, kepergian Torres jelas telah dianggap menoreh luka di hati pendukung Liverpool.

Bagi Chelsea, masuknya Torres telah membangkitkan harapan juara bertahan Liga Primer itu yang sempat tersaruk-saruk. Tertinggal 10 poin dengan pemuncak klasemen menjelang akhir musim, jelas bukan perkara sepele. Apabila gelar juara akhirnya lepas ke tim lain, setidaknya The Blues masih bisa berharap dapat merebut piala Liga Champions yang telah lama mereka impikan.

Menarik untuk kita tunggu bagaimana aksi Torres dalam kostum berwarna biru. Apalagi debutnya Minggu malam ini (6/2) harus dia jalani dengan menghadapi Liverpool, klub yang pernah dibelanya selama tiga tahun lebih dan baru saja dia tinggalkan.

Babak baru persaingan Pasukan Biru dan Pasukan Merah baru saja dimulai. Mari sama-sama kita nikmati.

Anton Santoso
webmaster antarafoto.com, penikmat sepakbola

(Teks dari berbagai sumber; Foto Reuters)

Pewarta: Anton Santoso | Editor:

Disiarkan: 06/02/2011 12:29