Blues untuk Chelsea

Kick-off sebentar lagi dilakukan, ujung tombak anyar klub Setan Merah, Javier Hernandez alias Chicharito, berdiri di garis tengah lapangan hijau Old Trafford di kota Manchester. Tiba-tiba dia berlutut dan dengan khusuk menengadahkan tangan, wajahnya menatap ke ketinggian, dari mulutnya beruntunan doa mengalir, sementara Ryan Giggs dan Wayne Rooney memperhatikan sesaat dan membiarkan yunior latinos mereka melanjutkan prosesi yang diyakininya. Chicha kerap melakukan prosesi serupa saat dia dipasang sebagai starter. Seperti pada Minggu malam itu saat tim Iblis Merah-nya harus berhadapan dengan seteru abadi mereka, Chelsea, yang selalu merepotkan dan lagi bagus-bagusnya sekarang. Chicha terus berlutut sampai wasit Howard Webb menyatakan laga big-match dimulai.

Bintang-bintang besar juga punya rasa gentar, apalagi pada laga tertentu. Masalah psikologis yang hanya bisa ditaklukkan oleh diri sendiri dengan beragam cara. Salah satunya prosesi ritual kecil seperti yang dilakukan Chicha. Fergie konon pernah menegur dia untuk melakukan ritual itu di bench atau ruang ganti saja, namun Chica "cuek beibeh". Kelak (setelah dua x 45 menit laga ini) barangkali Fergie semakin paham bahwa keyakinan spiritual adalah elemen motivator kepercayaan diri setiap atlet sepakbola yang mesti dihormati pelatih. Mungkin doanya tak selalu dikabulkan, namun atlet tertentu sah-sah saja mengharapkan ada malaikat pelindung di belakang dirinya setiap dia berlaga. Karena pelatih tak menyertai dia di lapangan.

Di lapangan hijau detik demi detik berdetak. Bola meluncur ke area permainan Chelsea. Kiper raksasa Petr Cech melambungkan bola ke daerah pertahanan Manu. Dengan cepat bek Setan Merah menyocor bola ke depan dimana gelandang Park Ji-Sung dengan jitu menceploskan bola mendatar ke arah Chicharito yang berhasil menggiring bola melampaui bek Chelsea yang tengah naik daun, David Luiz, pahlawan pada laga pertama di Stamford Bridge yang dimenangi Chelsea 2-1. Malam ini Luiz jadi pecundang sejak dengan mudah dilecehkan Chicha. Cech berupaya memblok, sayangnya sepakan Chicha lebih cepat, menyusur tanah, melintasi rusuk-rusuk kiper papan atas dunia itu. Pemain belakang Chelsea yang tingginya rata-rata 1.87 m itu saling berpandangan dengan tatapan kosong yang barangkali masih terpesona dengan gol ajaib yang barusan diciptakan Chicha. Di bench, seperti biasa Fergie menyimak laga. Baru saja mengunyah permen karet kesenangannya lalu melonjak kegirangan. Laga baru memasuki detiknya yang 37. Another Messi(ah) was born in Old Trafford.

EPL langsung mencatatnya sebagai rekor baru meskipun kurang dari sehari striker latinos Setan Merah dari Mersey, Maxi Rodriguez, mencetak gol yang lebih fantastis lagi catatan waktunya, 32 detik, saat Pool melumat Fulham 5-2. Akhirnya rekor hanyalah statistik. Yang pasti gol cepat Chicha itu adalah titik balik kebangkitan Manchester United yang tengah kelimpungan karena harus punya racikan khusus menghadapi tamu mereka, orang-orang Catalan yang telah dipastikan jadi Raja (sepakbola) Spanyol. Barca yang meskipun sudah ketahuan akan memasang pola agresif abadi mereka 4-3-3, sulit sekali diredam. Hanya seorang Jose Mourinho yang mampu berkali-kali meredam laju mereka meskipun dengan sepakbola negatif.

Chicha adalah bintang baru klub Setan Merah yang bersahaja, yang menanti dengan sabar untuk siaga dimainkan. Dia tak pernah mengeluh dan merengek pada opa Fergie minta dipasang. Dia sadar diri harus antri di belakang nama-nama besar atlet sepakbola Manchester United Football Club yang angker itu. Fergie lah yang jeli karena mengamatinya sejak usianya masih 19-an dan begitu dia bersinar di World Cup Afsel 2010, Fergie segera memboyongnya dari klubnya di Mexico, Chivas de Guadalajara, yang sekaligus kota kelahirannya. Di Katedral Guadalajara, jika musim ujian tiba ChiCha kerap berdoa dengan khusuk agar hasilnya memuaskan.

Untuk menggenapi semua itu, baiklah kita menyimak kebiasaan keluarga batih di Amerika Selatan yang mengutamakan persatuan keluarga. Senang-susah yang penting bersama. Makanya salah satu syarat Chicha pada klub sebergengsi Manu adalah dia memboyong keluarganya. Ayahnya, Javier "Chicaro" Hernandez dan kakeknya Tomaz Balcazar pun hadir di Manchester bersamanya. Ayah dan kakeknya adalah pesepakbola profesional. Kakeknya bahkan salah satu anggota timnas Mexico yang berlaga di World Cup 1954. Paling tidak jika Chicha lagi sial karena tak didampingi malaikat pelindung, maka ayah dan kakeknya siap menghiburnya dengan penuh kasih sayang. Khususnya pada Sabtu, 28 Mei, malam final puncak hegemoni sepakbola klub-klub Eropa, Champions, di stadion keramat Wembley.

Oscar Motuloh
Penikmat sepakbola

Foto: Reuters/Darren Staples

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 12/05/2011 07:53