Mario Uber Alles
Karma sepakbola terkadang berulang dalam sejarah. Timnas Belanda merasakan bagaimana dua gol striker Jerman, Mario Gomez, meluncur telak ke gawang Maarten Stekelenburg hanya dalam 14 menit di babak pertama. Tim Oranye yang berupaya bangkit karena kekalahan di laga perdana mereka, langsung hancur moral dan runtuh mentalnya. Dua gol Gomez di menit ke-24 dan ke-38 tersebut, seketika menenung semua bintang Belanda tanpa kecuali dan membuat mereka tampak seolah-olah pecahan mosaik benda angkasa yang berceceran berkeping-keping, begitu jatuh menimpa bumi. Beruntung salah satu pentolan tim Belanda, Robin Van Persie, mencetak satu gol hiburan di menit ke-73.
Setelah gol itu, pasukan Oranye menggempur habis Der Panzer, namun anak-anak Von Bismarc keburu menutup pintunya rapat-rapat. Membiarkan gempuran bertubi itu berubah menjadi derita dan airmata anak-anak Oranye. Penderitaan yang juga menerpa KNVB, induk organisasi sepak bola tertinggi Belanda yang akan memutuskan nasib Maarwijk.
Usai kemenangan "bersejarah" itu, Jerman yang kemudian menjadi juara tim neraka, dengan pongah melenggang di antara puja-puja pencinta sepakbola dunia, seolah-olah mereka telah duduk di tampuk singgasana emas Piala Eropa yang kala itu baru meloloskan timnas yang masuk delapan besar. Apalagi setelah kemenangan ke empat yang mengantar mereka ke semifinal. Dengan poin maksimal di tangan, mahkota sepakbola utama Benua Biru rasanya semakin dekat di kepala Kapten Philip Lahm. Joachim Loew, sang pelatih, pun dengan enteng pada pers menyatakan bahwa dia merasakan aroma juara telah mampir di penciumannya.
Pada semi-final kedua, di stadion Nasional Warsawa, Jumat dinihari kemarin, sang Mario kembali membuat ulah. Dia juga membukukan dua gol indah yang diciptakannya dalam rentang waktu dua menit lebih lama dari gol Mario Jerman kala menekuk Rafael Van Der Vaart cs tempo hari. Gol pertama tercipta pada menit ke-20 dari kepala legamnya saat menyambar umpan silang Antonio Cassano. Gol berikutnya tercipta pada menit ke-36 saat Mario lolos dari jebakan off-side, menerima umpan Federico Balzaretti, sementara kapten Lahm hanya dapat melihat tembakan dasyat Mario menembus jala Der Panzer yang dijaga sahabatnya Manuel Neuer. Mario Italia yang satu ini adalah bintang yang sesungguhnya, karena dari kaki si bengal inilah Italia akhirnya berlaga di final Piala Eropa 2012, yang bakal digelar di stadion Olympic Kiev, 2 Juli nanti.
Si bengal yang kreatif itu, Mario Balotelli namanya. Di bench tim Italia dia terpekur menyimak laga yang bergeser sangat perlahan waktunya. Pada penghujung injury-time babak kedua, si pembuat ulah keturunan Ghana itu tampak menutup wajahnya, lalu menekuknya ke pangkuan, dia tak sanggup lagi melihat detik-detik penghujung laga yang mempertemukan timnas Gli Azzuri yang dibelanya tengah di bombardir serangan bertubi-tubi oleh Jerman yang kesetanan karena ketinggalan dua gol yang dibukukannya dalam tempo enambelas menit di babak pertama tadi. Ketegangannya memasuki titik puncak saat Mesut Oezil, gelandang serang elegan Jerman, baru saja memperkecil kekalahan melalui titik putih gara-gara handball yang dilakukan Balzaretti. Dalam waktu yang tersisa, seluruh anak-anak Der Panzer maju ke daerah pertahanan Gigi Buffon untuk memaksakan hasil seri agar harapan mereka kembali terbukakan pintunya. Namun asa tinggal harapan, ujung tiupan peluit wasit Stephane Lannoy menentukan nasib Jerman seperti yang kita saksikan di layar kaca.
Saat Loew memandang kesedihan anak-anak asuhannya berjalan gontai di lapangan, sebagian anak-anak muda Jerman itu terlentang di lapangan menatap langit dan terpekur kenapa tim sekuat mereka kembali keok di tangan Italia yang begitu terseok dan amburadul di babak penyisihan. Sekarang, anak-anak Jerman dapat memahami apa yang dirasakan timnas Oranye kala mereka menghabisi finalis Piala Dunia 2010 itu dengan tragis. Kekalahan adalah bagian dari filosofi sepakbola yang tetap harus diterima dengan ikhlas. Loew seharusnya pantas mengucapkan terimakasih pada Balotelli karena dia, maka superioritas Jerman harus tamat di sini dan sekarang saatnya berbenah mental.
Balotelli akhirnya bisa tersenyum. Dia baru saja melakukan hal terindah bagi negaranya dengan menyingkirkan deretan panser yang akan melindas tim Italia. Mirip seperti yang dilakukan Wang Wei Lin pada 5 Juni 1989 dalam imaji yang dibuat pewarta foto Newsweek, Charlie Cole. Foto itu mengisahkan pria cungkring berbaju putih yang membawa tas kresek di tangan kanan berjalan perlahan. Dengan perkasa, dia lalu berdiri menghadang konvoi belasan tank militer Cina yang diperintahkan untuk bergerak menghajar para mahasiswa dan pemuda pro-demokrasi, dalam unjuk rasa besar-besaran di areal Lapangan Tiananmen, alun-alun raksasanya Cina.
Balotelli akhirnya mengubur kepiawaian Mario Gomez yang sama sekali tak berkutik menghadapi sektor belakang Italia. Kekalahan yang membuat anak-anak Jerman kembali menjejak bumi. Dipastikan tak ada lagi "Deutsch Uber Alles" di Euro 2012 ini, karena yang relevan sekarang adalah "Mario Uber Alles".
oscar motuloh
Foto: Mario Balotelli (Reuters/Pawel Ulatowski)
Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:
Disiarkan: 01/07/2012 05:26