Panggung Antara 59

Malam itu, 23 Februari 2018, merupakan pembukaan pameran foto dan peluncuran buku fotografi jurnalistik Kilas Balik 2017. Ini merupakan perhelatan tahunan hasil kolaborasi Divisi Pemberitaan Foto Kantor Berita Antara (Antara Foto) dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA). Pameran foto menampilkan sejumlah foto terbaik secara pemberitaan maupun visual fotografi. Semua gambar yang tersaji merupakan karya 57 pewarta foto Antara seantero Nusantara sepanjang 2017. Sebanyak 111 karya dipajang pada pameran, 205 foto tersaji di dalam buku.

Hampir serupa dengan tahun sebelumnya, tema besar yang diangkat pada pameran foto dan buku Kilas Balik 2017 masih seputar kebinekaan Tanah Air. Selain mengangkat tema besar kebinekaan, materi foto di dalam pameran dan buku yang dikuratori Oscar Motuloh itu juga masih menyoroti kasus-kasus korupsi yang kian menggurita di Tanah Air. Tak luput, juga sejumlah foto pembangunan infrastruktur besar-besaran oleh pemerintah serta hiruk pikuk persiapan Indonesia untuk jadi tuan rumah Asian Games 2018.

Dalam rangkaian pembukaan pameran foto Kilas Balik 2017, gedung GFJA malam itu terlihat meriah. Salah satu ruang pamer yang biasa disebut "kafe" oleh kru dan anak-anak nongkrong tampak gemerlap dihiasi lampu panggung yang menyala berganti-ganti warna. Sedikit terlihat berantakan di bagian lantai ruang, penuh dengan potongan-potongan kertas berkilauan, sisa dari letusan conveti. Di sisi kiri tengah ruangan, terpasang seperangkat pelantang suara yang disusun mengelilingi panggung mungil kafe GFJA. Lalu lalang teman-teman pewarta, mahasiswa, undangan, sahabat dan pengunjung menambah kesan riuh baik di kafe maupun ruang pamer utama GFJA.

Seusai seremoni pembukaan, panggung kecil berukuran 5x3 meter di ruang kafe siap bergemuruh. Seperti biasa, malam pembukaan pameran selalu dimeriahkan panggung musik. Live music jadi suatu keharusan tak tertulis.

Malam itu, empat band beraliran rock tampil memanaskan panggung GFJA. Rocket 88, Krosboi, The Flowers, dan Aray Daulay menghentak perhelatan yang dirancang dan dikerjakan para pewarta foto Antara dan awak GFJA itu.

The Flowers dan Aray Daulay jadi penampil yang amat ditunggu-tunggu. Mereka bukanlah nama baru di jagat musik Tanah Air. Mereka ialah musisi rock top di era 90-an. Era ketika sebagian besar yang hadir malam itu mengenyam masa muda. Tak ayal, penampilan mereka menjadi pengobat rindu. Semacam mesin waktu yang membawa mereka kembali ke masa-masa nakal.

Lagu Belum 17, Tong Sampah, Boncos, Lonely Boy, (Tolong) Bu Dokter dan Rajawali dari The Flowers sukses membuat yang hadir malam itu panas dan liar dengan aksi head banging, moshing, stage dive dan crowd surfing. Adrenalin sempat mereda ketika lagu Bayangan dibawakan oleh grup yang digawangi Njet (vokal), Boris (gitar), Eugen (saxophone) dan Dado (drum) dengan additional Kanda (keyboard) dan Gilang Krosboi (bas) itu. Nomor dari album perdana 17 Tahun Ke Atas berhasil membuai dan melenakan penonton dan para ‘Rajawali-Rajawati’ untuk bernyanyi bersama, terbius lirik demi lirik yang dilantunkan. The Flowers memang "still alive and well!".

Aray Daulay yang tampil bersama Didit Saad (gitar), Doni (bas) dan Moris (drum) membawakan hit Alive, Terjebak di Pulau Yang Indah, Tak Perlu Sempurna dan Harus dari Sini. Aray dan Didit Saad, dua mantan personel Plastik, tampil dahsyat malam itu. Di sela penampilannya, Aray juga menyanyikan lagu Harus Mau milik Imanez sebagai tribute untuk sang pelantun Anak Pantai. Tak berhenti di sana, Aray juga mengajak penonton untuk bersama-sama mendoakan pentolan Gang Potlot yang tutup usia pada 2004 itu.

Yang membuat malam itu semakin impresif adalah kehadiran sobat Aray, Ipang Lazuardi. Ipang tampil spontan sebagai bintang tamu teramat spesial. Tak ayal, semuanya terkejut kegirangan. Sebagian terkesima, seolah tengah menyaksikan reuni band Plastik yang sohor di kalangan anak muda pencinta rock pada era 90-an.

Single andalan Ada Yang Hilang langsung menggema membuka penampilan Ipang. Seketika, paduan suara berkumandang. Penonton seperti terhanyut dalam kenangan yang enggak ada matinya. Gas pol! Penampilan Aray dan kawan-kawan featuring Ipang langsung berlanjut dengan hit andalan Plastik yang berjudul Seperti. Lagi-lagi, paduan suara bergemuruh membahana membakar jiwa-jiwa menolak tua yang mengkhayalkan sesukanya di malam itu.

Seharusnya, lagu Seperti menjadi yang terakhir pada pembukaan Pameran Foto Kilas Balik 2017 malam itu. Namun, sang empunya GFJA Oscar Motuloh secara khusus menagih penampilan encore. Walhasil, terjadilah penampilan ‘reuni’ Gang Potlot. Aray, Ipang, Njet, dan Didit Saad beraksi bersama di atas panggung membawakan Hard to Handle-nya Black Crowes.

Pecah! Begitu komentar mayoritas penonton ketika gig selesai bersamaan dengan berakhirnya penampilan Aray Daulay dan kawan-kawan. Penonton maupun pengunjung mulai pergi dengan wajah puas meninggalkan gedung bersejarah itu. Sebagian bahkan masih enggan beranjak. Mereka masih hanyut dalam energi panas dan liar ala rock n roll 90-an yang baru saja tersaji. Beberapa yang masih bertahan di 'kafe', asyik membicarakan gig yang telah usai, sebagian lagi mulai melantai mengikuti komposisi sejumlah lagu yang dimainkan DJ spontanitas. Bagi mereka, pesta belum berakhir sampai musik benar-benar berhenti.

Malam pembukaan Pameran Foto Kilas Balik 2017 merupakan sebuah pencapaian bagi pihak penyelenggara. Para pewarta foto Antara dan kru GFJA berhasil membuat pesta yang membekas bagi para pengunjung pameran maupun penggemar musik rock yang hadir malam itu. Panitia yang bukan tenaga profesional dalam penyelenggaraan ajang panggung musik bisa dikatakan cukup sukses menggelar hajatan musik. Begitu juga dengan pameran foto sebagai fokus utama dalam ajang tersebut. Pameran foto dapat terlaksana dengan baik dan berkualitas. Satu standar baru yang akan menjadi pekerjaan rumah cukup berat bagi panitia tahun berikutnya.

Terlepas dari kesuksesan acara pembukaan, pertanyaan atau komentar bernada guyon terlontar dari sejumlah pengunjung. Bahkan, komentar hampir serupa juga terlontar dari panitia."Sebenarnya Antara itu mau bikin apa? Pameran foto dengan hiburan musik atau ajang panggung musik dengan hiburan pameran foto?," tanya mereka. Pertanyaan yang cukup menggelitik, tapi secara tidak langsung juga merupakan sebuah pujian.

Bila diselisik, pertanyaan itu terlontar karena pihak penyelenggara, yaitu Antara Foto dan GFJA, disadari atau tidak, telah berhasil membuat ajang gig yang cukup membekas di hati. Sebagai bukti, selama berhari-hari setelah penyelenggaraan, berbagai unggahan status, foto, dan video masih menghiasi linimasa media sosial mereka yang datang pada malam itu. Tak terkecuali linimasa para personel grup musik pengisi acara.

Beberapa akun Instagram berkomentar di dalam video yang diunggah The Flowers. Dari yang mengapresiasi keintiman interaksi selama pertunjukan, hingga memuji keberhasilan penyelenggara dalam menyulap sebuah panggung kecil jadi ajang musik yang asyik banget. Komentar senada juga diutarakan Aray Daulay. Ia menyebut acara gig saat malam pembukaan pameran foto Kilas Balik 2017 terasa mengasyikkan. Tak ketinggalan, ada juga yang berkomentar bahwa kehadiran musisi seperti The Flowers berhasil mengubah acara ‘pelat merah’ yang kaku jadi luwes.

Komentar-komentar tersebut menjadi legitimasi bahwa kawan-kawan penyelenggara, selain berhasil dalam mengadakan acara pameran foto, juga sukses menggelar gig keren dan impresif. Keberhasilan itulah yang kemudian memantik pertanyaan dan komentar bernada gurau kepada pihak penyelenggara.


Memang tidak dapat dimungkiri, stigma ‘pelat merah’ yang kaku dan kolot cukup melekat di Kantor Berita Antara. Orde-orde pemerintahan masa lampau sepertinya mewariskan bayangan abadi bagi Antara, termasuk terhadap GFJA dan Antara Foto. Akan tetapi, bila diikuti perjalanan selama dua dekade terakhir, Kantor Berita Antara, terutama melalui galeri foto yang bermarkas di kantor lama mereka di Jalan Antara 59, Pasar Baru, Jakarta, telah banyak melakukan upaya untuk mengubah imaji kekakuan ‘pelat merah’. Apalagi dalam satu dasawarsa terakhir Antara sudah tidak lagi menyandang status sebagai lembaga pemerintah.

Upaya mengubah citra tersebut terlihat dalam berbagai kegiatan yang menggandeng anak-anak muda pencinta fotografi, terutama fotografi jurnalistik, untuk belajar sembari nongkrong di gedung GFJA. Sepanjang perjalanannya, galeri ini sudah meluluskan 22 angkatan workshop, yang sebagian besar pesertanya merupakan anak-anak muda. Workshop angkatan 23 saat ini sedang berjalan. Dari sanalah lahir banyak pewarta foto andal yang kini jadi ujung tombak di hampir setiap media massa nasional di Tanah Air.

Tak hanya itu. Di setiap perhelatan pameran foto, GFJA sebagai tuan rumah juga membuka ruang selebar-lebarnya bagi anak-anak muda, baik para pewarta foto Kantor Berita Antara, peserta workshop, maupun pihak luar untuk berkreativitas membuat kemeriahan yang jauh dari kesan kaku ‘pelat merah.’ Kreativitas itu kerap tertuang dalam bentuk gig atau live music pada ajang pembukaan pameran. Bahkan, pada 2011 lalu, GFJA pernah membuat program acara musik untuk demokrasi bertajuk Blues4Freedom sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi di Tanah Air. Ajang panggung musik itu menjadi ekspresi kebebasan sekaligus suara perlawanan menuntut empat hak demokrasi sebagai rakyat yang merdeka, yaitu kemerdekan untuk beragama, kemerdekan untuk hidup layak, kemerdekaan untuk berekspresi, dan merdeka dari rasa takut.

Puluhan band pernah tampil di atas panggung kecil Galeri Foto Jurnalistik Antara. Gugun Blues Shelter, Isa Raja and the Compromised Ego, OM Pengantar Minum Racun (PMR), Tony Q Rastafara, Oppie Andaresta, JRX Superman is Dead (SID), Navicula, Marjinal, Blues Libre, Bonita and the Hus Band, Gita Guatawa, Andien, Syaharani, White Shoes and the Couples Company, Krosboi, Ivan Nestorman, The Float, Dialog Dini Hari, Efek Rumah Kaca, Payung Teduh, Ray D’Sky, Aray Daulay, Ipang Lazuardi, dan The Flowers pernah tampil memeriahkan ajang pembukaan pameran foto di GFJA. Beberapa di antara nama-nama tersebut bahkan tidak hanya sekali tampil di panggung GFJA.

Bersamaan dengan terus terselenggaranya kegiatan dan pameran fotografi, daftar band dan penyanyi tentunya akan bertambah panjang selama masih diapresiasinya proses kreatif dan bermunculannya ide-ide liar dari para awak Antara Foto dan GFJA. Lantaran fotografi dan musik merupakan manifesto berkesenian yang dapat berjalan harmonis dan saling mengisi, panggung bakal terus membahana seiring dengan masih bercokolnya jiwa-jiwa muda di Galeri Foto Jurnalistik Antara.

Tidak tertutup kemungkinan, band besar seperti God Bless, Slank, BIP, Naif, Superman Is Dead, Shaggydog, /rif, Padi, dan NTRL suatu saat nanti sudi menghadiri pesta sekaligus mencicipi kehangatan dan keintiman panggung kecil di gedung tua Jalan Antara 59.

Semoga.

Ismar Patrizki
pewarta foto Antara

Foto:
1) Aray Daulay, Ipang Lazuardi, Didit Saad, Njet The Flowers, dan Doni, tampil pada pembukaan Pameran Kilas Balik 2017 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta (Ismar Patrizki)
2) Aksi "crowd surfing" saat berlangsung "live music" pembukaan Pameran Foto Kilas Balik 2017 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta. Foto di-"capture" dari akun instagram @judasjennar

Pewarta: Ismar Patrizki | Editor:

Disiarkan: 07/03/2018 19:30