KEPAK SAYAP DIRGANTARA INDONESIA MENJANGKAU DUNIA
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan 17.508 pulau di dalamnya. Saking luasnya wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote dibutuhkan teknologi kedirgantaraan yang diharapkan mampu mewujudkan konektivitas.
Sejalan dengan cita cita dan warisan Bapak Dirgantara dan Teknologi Indonesia BJ Habibie dalam membangun serta mendekatkan jarak antar pulau di Indonesia, maka PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) atau saat ini dikenal dengan nama PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI pun hadir mengepakkan sayapnya.
PTDI sebagai produsen teknologi kedirgantaraan dalam negeri saat ini bersama putra dan putri terbaik Indonesia di dalamnya terus berkarya, tumbuh dan berkembang. Pesawat CN235, NC212i, N219 Nurtanio hingga Helikopter AS565 MBe menjadi andalan yang terus diproduksi.
Bahkan, kecanggihan pesawat CN235 seperti tangguh dalam berbagai misi, ketahanan terbang hingga 11 jam hingga mampu mendeteksi target atau objek kecil selalu menjadi daya tarik konsumen domestik hingga internasional.
Sejalan dengan daya tarik pesawat CN235 tersebut, PTDI terus injak pedal gas dalam peningkatan kapasitas produksi pesawat CN235 dari empat unit menjadi delapan unit per tahun. Bahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menargetkan agar PTDI mampu meningkatkan lagi jumlah produksi CN235 per tahunnya yang kemudian diaminkan oleh Dirut PTDI Gita Amperiawan.
Selain itu, pembaruan fasilitas manufakttur hingga pengembangan desain peningkatan tingkat komponen dalam negeri juga ditargetkan PTDI guna menjaga integritas dalam mewujudkan potensi kontrak lima tahun ke depan sebanyak 158 unit pesawat CN235.
Berkaca dari potensi besar itulah Kementerian pertahanan yang selalu menjadi langganan terus menambah pesanan alutsista ke PTDI untuk kebutuhan pertahanan TNI baik darat, laut maupun udara.
Dalam lima tahun ke depan, sedikitnya ada tujuh unit Pesawat CN235 yang masuk ke dalam keranjang pemesanan guna penguatan poros maritim.
“Kita butuh banyak CN235, apalagi permintaan luar negeri. Kapasitas, kalau yang saya dengar, kita mampu produksi empat CN235 setahun. Kita harus buat dalam waktu tidak lama lagi harus bisa produksi 24 (unit) CN235 satu tahun,†kata Prabowo saat berkunjung ke PTDI beberapa waktu lalu.
Bahkan, tambahan tantangan pun datang agar PTDI mampu memproduksi pesawat tempur untuk masa mendatang. Peningkatan kapasitas produksi tersebut diharapkan menambah manfaat yang lebih.
Hal tersebut akan terlihat karena menjadi bagian dari penguatan alutsista militer Indonesia, konektivitas bagi keterisolasian daerah terpencil, penyerapan tenaga kerja hingga menambah devisa negara sebesar 4,53 miliar rupiah dalam lima tahun.
Tercatat, PTDI telah mengirimkan lebih dari 50 unit pesawat baik CN235 maupun NC212i dengan berbagai konfigurasi ke banyak negara seperti, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Brunei Darussalam, Vietnam, Nepal dan Senegal.
Harapan yang sama juga disematkan pada pesawat N219 Nurtanio. Dengan potensi kontrak yang mencapai 157 unit dalam lima tahun ke depan, sudah menjadi keharusan rencana produksi massal pada tahun 2023 terwujud.
Sebuah harapan untuk PTDI sebagai sebuah industri dirgantara Indonesia yang menghasilkan produknya untuk mendukung pengisian kebutuhan penerbangan, konektivitas dan perintis di Indonesia, mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara lebih merata serta menjangkau dunia.
Teks dan Foto: Novrian Arbi
Editor: Widodo S Jusuf
Pewarta: Novrian Arbi | Editor:
Disiarkan: 18/10/2022 07:15