Tiada Mata Tak Hilang Cahaya
Lantunan ayat-ayat Al Quran terdengar merdu. Kalimat demi kalimat dapat dilafalkan sejumlah siswa tanpa terbata-bata. Terlihat jemari mereka meraba-raba buku yang ada di hadapannya, dengan perlahan tangannya bergerak dari kiri ke kanan. Sekilas tampak terdengar tak ada yang berbeda dengan orang normal, namun mereka membaca dengan jari.
Mereka adalah siswa tunanetra yang bersekolah dan menyantri di Sekolah dan Pesantren Tunanetra Yayasan Raudlatul Makfufin. Tempat bagi mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan untuk menimba ilmu agama.
Raudlatul Makfufin yang berarti Taman Tunanetra, merupakan yayasan yang didirikan Dai tunanetera bernama RM Halim Sholeh pada tahun 1983. Berawal dari pengajian mingguan, Halim mendirikan taman tunanetra karena keprihatinan atas minimnya akses pendidikan agama bagi para tunantera di Indonesia. Padahal, keterbatasan tersebut tidak menggugurkan kewajiban untuk beribadah.
Kala itu Raudlatul Makfu menjadi pesantren pertama khusus tunanetra di Indonesia. Saat ini, pondok di pondok tersebut terdapat 28 siswa yang belajar dan 27 siswa di antaranya mengikuti pesantren dan tinggal di asrama.
Pada tahun 1996, RM Halim Sholeh memperluas kegiatan Raudlatul Makfufin dengan menginisiasi komputerisasi Al Quran Braille. Adapun pencetakannya baru dimulai pada tahun 2000. Distribusi Al Quran Braille produksi Yayasan Raudlatul Makfufin ini sampai ke luar negeri, antara lain Turki, Thailand, dan Afrika Selatan.
Raudlatul Makfufin juga telah menciptakan buku Pandai Membaca Al Quran Braille. Buku tersebut diterbitkan untuk memberantas buta aksara para tunanetra yang berisi cara membaca huruf braille Arab. Lebih tepatnya seperti buku Iqra bagi orang normal, namun sudah dimodifikasi, sehingga bisa cocok bagi para tunanetra.
Tidak hanya memproduksi Al Quran Braille, Yayasan Raudlatul Makfufin pun juga memproduksi buku umum bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) untuk mengonversi buku ke dalam bentuk braille. Hal ini coba dilakukan agar para tunanetra punya kesempatan membaca buku yang sama dengan orang-orang yang awas.
“Tiada Mata Tak Hilang Cahaya” ini adalah slogan yang melekat bagi santri dan penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin . Keterbatasan bukan halangan untuk belajar dan mengabdi kepada Sang Pencipta.
Foto dan teks : Galih Pradipta
Editor : Yusran Uccang
Pewarta: Galih Pradipta | Editor:
Disiarkan: 01/04/2024 18:09