Santripreneur mengejar mimpi
Suara lantunan ayat suci Al Quran dari pengeras suara di aula saling bersautan menemani rintik gerimis yang turun siang itu di Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, Malang, Jawa Timur. Tampak seorang santri berjalan tergesa usai menyelesaikan kajian kitab kuning Risalatu Muawanah, kitab tentangĀ ketaqwaan kepada Allah SWT Sang Pencipta Alam.
Santri itu bernama Ahmad Rizky dan sudah sembilan tahun tinggal di ponpes. Ia bersama empat rekannya mengelola kolam budi daya ikan Koi. Ada lima kolam berbentuk persegi dengan ukuran 3x3 meter dan empat kolam terpal berbentuk lingkaran sebagai kolam pemijahan dan karantina. Hampir seluruhnya dipenuhi ikan Koi berbagai jenis dan ukuran. Ikan-ikan tersebut akan dijual sebagai peliharaan maupun untuk kontes.
Selain memenuhi pesanan di dalam kota dan wilayah Malang Raya, hasil budi daya Koi tersebut juga dikirim ke berbagai kota di Indonesia. Rizky dan timnya juga menerima orderan pembangunan kolam koi dari pelanggan. Budi daya ikan Koi kini sudah beromzet hingga Rp35 juta per bulan.
Tak hanya Rizky, belasan santri di pondok pesantren tersebut selain ditempa dengan ilmu agama juga diberi pengetahuan tentang kewirausahaan. Mereka diajari mengelola unit usaha milik pondok pesantren seperti Multimedia Creative, Pertashop, mini market, budi daya lele, budi daya jamur, peternakan kambing hingga budi daya maggot.
Contoh lain ada Mohammad Abi Ubaidillah. Santri tersebut tak malu untuk bergulat dengan makanan sisa teman-temannya di pondok pesantren. Dia membudidayakan maggot. Hasilnya setiap seminggu sekali dijual ke peternak ayam sebagai pakan. Meski belum banyak mendapatkan hasil seperti unit usaha lainnya tapi kiprahnya mampu menciptakan lingkungan pondok pesantren yang bersih dan ramah lingkungan.
Sementara itu Muhammad Syarif Hidayatullah mengelola unit usaha air mineral di ponpes. Dalam pemasaran produknya, santri berusia 17 tahun itu bekerja sama dengan berbagai lembaga maupun instansi sehingga dalam sebulan mampu meraih omzet hingga Rp Rp35 jt per bulan. Syarif berencana meneruskan pendidikan yakni kuliah di bidang teknik industri mineral guna mewujudkan cita-citanya membangun perusahaan pengolahan air minum sendiri.
Pengasuh pondok pesantren Bahrul Maghfiroh Muhammad Bisri mengatakan unit usaha tersebut dibentuk untuk melatih kemandirian wirausaha para santri sekaligus menyokong biaya operasional pondok pesantren. Hal ini untuk mewujudkan tujuan utama pondok pesantren yakni lembaga pendidikan yang bermutu, berkualitas serta berbiaya murah guna menjangkau kalangan menengah ke bawah. Setiap setahun sekali, pihak pondok pesantren juga memfasilitasi dengan menitipkan santrinya ke berbagai perusahaan dan pelaku usaha. Tujuannya hanya satu yakni belajar berwirausaha.
Para santri yang mengelola unit usaha mendapat bagian dan hasilnya akan diberikan saat mereka lulus. Selain itu sebesar 2,5 persen dari penghasilan dari unit usaha tersebut juga disumbangkan ke Unit Pondok Zakat (UPZ) mempunyai program menyekolahkan santri tidak mampu, bedah mushola serta bantuan kepada fakir miskin.
Potret keinginan kuat, keuletan serta kemauan untuk maju dari para santri Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh menunjukkan bahwa santri mampu dan berdaya. Mimpi untuk menjadi entrepreneur bukanlah hal yang mustahil bagi mereka. Sesuai dengan apa yang difirmankan Allah SWT di surah At Taubah 105 yang arti dari ayat tersebut :
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
Foto dan teks : Ari Bowo Sucipto
Editor : Prasetyo Utomo
Pewarta: Ari Bowo Sucipto | Editor:
Disiarkan: 03/04/2024 14:13