Cinta dan bakti menuntun langkah sepuh menuju Ka’bah
Di tengah hiruk pikuk jutaan umat yang memadati Makkah, sepasang lansia asal Bogor, Jabar, Yeti (68 tahun) dan Soemarno (93 tahun), menyimpan haru. Dua hari sudah berlalu sejak miqat umrah wajib, tetapi langkah mereka tertahan. Soemarno, dengan keterbatasan gerak, penglihatan, dan pendengaran, membutuhkan pendampingan penuh dari sang istri tercinta.
Bagi Yeti, meninggalkan belahan jiwanya seorang diri demi menunaikan ibadah adalah pilihan yang tak terbayangkan. Doa tulus pun terpanjat, memohon kemudahan dari Sang Khalik.
Kamis pagi (29/5), di selasar lobi hotel Burj Alwahda Almutamayiz, yang menjadi tempat persinggahan, Yeti mendorong kursi roda Soemarno. Di sanalah takdir mempertemukannya dengan Abdurrahman, seorang petugas layanan lansia PPIH Arab Saudi.
Dengan suara lirih, Yeti menyampaikan kerinduan hatinya untuk menunaikan umrah wajib bersama sang suami. Gayung bersambut. Tanpa menunda, Abdurrahman dan tim layanan lansia bergerak cepat. Segala keperluan disiapkan demi mewujudkan impian mulia Yeti dan Soemarno untuk menginjakkan kaki di Masjidil Haram.
Pertimbangan matang diambil, pelaksanaan umrah diatur pada malam hari demi menghindari sengatan panas yang membara di siang hari Makkah yang bisa mencapai 43 derajat celcius.
Koordinasi dengan layanan transportasi pun dilakukan, memastikan bus khusus bagi lansia dan penyandang disabilitas yang berkursi roda siap untuk mengantar ke Masjidil Haram.
Pukul 23.00 Waktu Arab Saudi, bus yang membawa Soemarno, Yeti, dan beberapa lansia serta penyandang disabilitas lainnya melaju menuju Masjidil Haram. Perjalanan berakhir di Terminal Jabal Kakbah, sekitar 850 meter dari Baitullah.
Di tengah perjalanan dan semilir angin malam, Abdurrahman membisikkan lantunan talbiyah di dekat telinga Soemarno, mengiringi langkah-langkah menuju rumah Allah. Di beberapa titik Abdurrahman harus mengeluarkan tenaga ekstra guna menaklukkan jalanan yang menanjak.
Setibanya di Masjidil Haram, Abdurrahman mengarahkan kursi roda Soemarno menuju lantai dua, area khusus bagi pengguna kursi roda untuk melaksanakan tawaf. Sebelum memulai ibadah, Abdurrahman tak henti memandu Soemarno melafalkan talbiyah, menyuguhkan air zamzam yang sejuk, dan membantu meminumnya.
Tawaf pun dimulai. Abdurrahman dengan penuh khidmat mendorong kursi roda Soemarno, mengawali putaran dari titik sejajar Hajar Aswad. Lantunan talbiyah dan doa terus mengalun, diucapkan Abdurrahman dan diikuti dengan lirih oleh Soemarno.
“Labbaikallaahumma labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wa ni’mata laka wal mulk, laa syariika lak”, bisik Abdurrahman di telinga Soemarno.
Siapa sangka, pria yang juga seorang Kepala Desa di Jepara ini mendapatkan kesempatan emas untuk menjadi perantara kebahagiaan para jemaah lansia. Air mata haru tak jarang menetes di pipinya, teringat akan orang tua sendiri dan betapa mulianya tugas yang diembannya.
Lebih dari sekadar mengantar umrah, Abdurrahman dan tim layanan lansia PPIH Arab Saudi dengan tulus merawat para tamu Allah yang berusia senja. Menyeka keringat, menyuapi makanan, memandikan, membantu keperluan pribadi, hingga mencari lansia demensia yang tersasar, semua dilakukan dengan hati.
Bagi mereka, setiap sentuhan kasih dan bantuan adalah wujud bakti kepada orang tua sendiri, dijalani dengan sabar, ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah SWT dan syafaat Rasulullah SAW.
Kisah Yeti dan Soemarno, yang dipertemukan dengan kebaikan hati Abdurrahman dan tim layanan lansia, adalah secuil mozaik indah dari ibadah haji tahun ini. Di balik segala keterbatasan, cinta dan bakti akan selalu menemukan jalannya. Merajut asa di Tanah Suci dan mengantarkan langkah-langkah sepuh menuju Kakbah yang mulia.
Foto dan Teks: Andika Wahyu Widyantoro
Editor : Wahyu Putro A
Pewarta: Andika Wahyu Widyantoro | Editor:
Disiarkan: 01/06/2025 13:40