Wowine Wakatobi, simbol kekuatan dan kemandirian perempuan maritim

Seorang ibu menjemur pakaian di rumah apung miliknya di Desa bajo Mola.
Seorang ibu rumah tangga mencari air bersih menggunakan perahu di Desa bajo Mola.
Foto udara pemukiman Bajo Mola di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Dua perempuan remaja mengikuti tradisi budaya Kansoda'a saat Festival Wowine di Wakatobi.
Sejumlah ibu rumah tangga memakai bedak basah sebelum mengikuti tradisi Hekente.
Peserta memakaikan bedak basah sebelum mengikuti tradisi Hekente.
Wamuntia (50) salah seorang ibu rumah tangga yang mengikuti tradisi Hekente.
Sejumlah ibu rumah tangga membawa keranjang dari daun kelapa saat mengikuti tradisi Hekente.
Sejumlah ibu rumah tangga mencari ikan saat mengikuti tradisi Hekente di Desa Sombu, Kabupaten Wakatobi.
Seorang ibu rumah tangga menangkap ikan menggunakan tombak.
Dua ibu rumah tangga membawa ikan yang ditangkap saat tradisi Hekente.

Sejumlah perempuan Wakatobi menombak ikan saat air surut pada atraksi Hekente yang merupakan rangkaian Wowine Wakatobi. Kegiatan tersebut sebagai simbol kemandirian serta ketangguhan dalam menopang keluarga.

Festival itu bertujuan untuk merayakan dan mengapresiasi ketangguhan serta kesetiaan perempuan Wakatobi melalui berbagai pertunjukan seni tradisional, seperti prosesi Kasonda'a dan atraksi Hekente atau menangkap ikan saat air surut yang menjadi momen untuk melestarikan warisan budaya, adat istiadat, dan kebudayaan khas Wakatobi.

Wowine Wakatobi memiliki keyakinan bahwa keselamatan suami di perantauan bergantung pada kekuatan sang istri dalam menjaga rumah. Untuk menyiasati hidup kala sang suami berjuang menaklukkan samudera, beragam aktivitas pun dilakukan mulai dari mencari ikan di laut, menenun, hingga budi daya rumput laut dan berbagai aktivitas lainnya.

Proses mereka menjalani kehidupannya pun menjelma menjadi sebuah keistimewaan dan tradisi yang membentuk identitas perempuan Wakatobi sebagai perempuan maritim.

Bahkan bagi masyarakat Wakatobi, perempuan bukan sekadar anggota keluarga melainkan simbol kehormatan dan kebanggaan.

Ketika para lelaki berada jauh di lautan, maka perempuan mengambil peran ganda di daratan. Wowine, julukan bagi para perempuan Wakatobi tersebut bukan hanya dituntut menjadi seorang ibu, melainkan juga berperan sebagai ayah dalam keluarga.

Setidaknya sekali dalam seumur hidup, gadis yang beranjak dewasa akan mengikuti sebuah ritual sakral bernama Kansoda’a. Dalam proses itu, sang gadis didudukkan di atas tandu kayu dan diarak berkeliling kampung. Tradisi ini menggambarkan peralihan kedewasaan perempuan dan kesiapan menjalani hidup.

Berangkat dari situlah, pemerintah setempat menggagas sebuah perhelatan khusus sebagai wadah bagi perempuan Wakatobi bernama Festival Wowine ke kancah nasional yang akhirnya mampu mendapat pengakuan dari Kementerian Pariwisata dengan terpilih menjadi salah satu dari 110 acara pariwisata unggulan Indonesia melalui Karisma Event Nusantara (KEN) tahun 2025 atas kekayaan budaya dan potensi lokal.

Dengan gelaran budaya tersebut diharapakan tidak hanya menjadi wadah apresiasi yang menyoroti peran perempuan tetapi juga sebuah itikad baik dalam memberdayakan perempuan yang merupakan nyawa dari Wakatobi.

 

Foto dan teks : Andry Denisah

Editor : Wahyu Putro A

Pewarta: Andry Denisah | Editor:

Disiarkan: 01/10/2025 12:51