Transformasi desa terpencil di Pulau Obi

Foto udara permukiman terpadu Desa Kawasi Baru, di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Asmawati menyiapkan makanan yang dipesan pelanggan di rumahnya, di Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Sejumlah murid SD menyambut para karyawan Harita Nickel yang berkunjung ke sekolah mereka di SDN 217, Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Sejumlah siswa mengikuti pelajaran komputer di SMA Tunas Muda, Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Foto udara permukiman terpadu Desa Kawasi Baru, di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Seorang bidan memeriksa kondisi ibu hamil menggunakan USG di Puskesmas Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Sejumlah karyawan Harita Nickel yang sebagian besar merupakan sebagian besar merupakan putra daerah, bersiap berangkat kerja di Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Slag nikel atau sisa hasil produksi nikel berbentuk butiran kasar menyerupai pasir digunakan sebagai bahan bangunan membuat bata untuk rumah di Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Kapal ambulan milik Harita Nickel yang bisa dimanfaatkan warga untuk berobat di Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Nelayan mengumpulkan ikan untuk dibeli oleh Harita Nickel sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Soligi, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Sejumlah warga menunggu kapal berangkat di pelabuhan komersial Panji Baru, Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Asmawati cekatan menyiapkan pesanan saat sejumlah karyawan perusahaan singgah di warung makannya di Desa Kawasi Baru, Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

Di bawah teriknya matahari, berteduh dan menyeruput minuman dingin menjadi pilihan orang-orang yang melintas di pemukiman tersebut.

Asmawati merupakan satu dari 259 kepala keluarga yang menempati rumah ramah lingkungan di Desa Kawasi Baru, yang kini dimanfaatkannya sebagai tempat berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Permukiman baru Desa Kawasi adalah inisiatif dari pemerintah daerah didukung Harita Nickel untuk merelokasi warga dari Desa Kawasi Lama yang berada dekat dengan pantai yang rawan bencana seperti abrasi dan tsunami.

Pembangunan kawasan pemukiman baru itu juga bagian dari penataan ulang wilayah dan program jangka panjang Pemerintah Daerah Halmahera Selatan yang berkomitmen untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di Kawasi yang saat ini menjadi desa dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan penduduk tertinggi di kabupaten tersebut. 

Pemkab Halmahera Selatan juga menargetkan Kawasi menjadi kecamatan baru di Pulau Obi di masa yang akan datang sekaligus menjadi simbol transformasi sosial berkelanjutan, dari desa tertinggal menjadi pemukiman modern dan mandiri. 

Sebanyak 259 rumah dibangun di atas lahan seluas 103 hektar area yang dilengkapi infrastruktur standar hidup layak yang modern, seperti fasilitas listrik dan air gratis selama 24 jam, jalan beton, drainase, sanitasi, serta pengelolaan sampah.

Desa itu juga dilengkapi dengan puskesmas, sekolah tingkat SD, SMP dan SMA, rumah ibadah, aula komunitas, pusat olahraga, serta area komersial. 

Dekat sana juga dibangun area kawasan perekonomian Desa Kawasi meliputi pusat pertokoan yang ditempati pelaku UMKM serta pelabuhan komersial Panji Baru, tempat masyarakat mengantar dan menjemput logistik mereka dari pulau-pulau.


Istimewanya, jalan dan bangunan di Desa Kawasi terbuat dari slag nikel sebagai pengganti pasir. Slag nikel merupakan sisa produksi dari peleburan nikel yang menggunakan teknologi atau proses pirometalurgi.

Masyarakat mulai merasakan dampak baik pembangunan tersebut, terutama dari bidang pendidikan dan kesehatan. Harita Nickel juga menyediakan akses transportasi ambulan laut bagi warga yang harus dirujuk ke pusat kabupaten di Labuha atau ke kota Ternate.

Transformasi Kawasi tidak hanya menandai keberhasilan hilirisasi industri nikel, namun juga menjadi bukti bahwa kegiatan tambang dapat berjalan beriringan dengan kesejahteraan masyarakat. 

Kini, Kawasi, yang dulunya desa tertinggal, telah menjelma menjadi kawasan ramah lingkungan dan hunian layak dengan fasilitas publik lengkap.

 

Foto dan teks: Iggoy el Fitra

Editor: Akbar Nugroho Gumay

Pewarta: Iggoy El Fitra | Editor:

Disiarkan: 02/10/2025 10:06