Ladang kemandirian dari balik jeruji besi           

Warga binaan pemasyarakatan (WBP) berbaris di halaman Lapas Kelas II A Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Ladang pertanian di dalam Kelas II A Ambarawa.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) berjalan di ladang pertanian Lapas.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) merawat tanaman kangkung di ladang pertanian Lapas.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) merawat tanaman kangkung di ladang pertanian Lapas.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) merawat tanaman kangkung.
Bupati Kabupaten Semarang Ngesti Nugraha (kedua kiri), disaksikan Kepala Lapas Kelas II A Ambarawa Subakdo Wulandoro (kanan), dan Kepala Subseksi Sarana Kerja Sutopo (kedua kanan) membeli sayuran kangkung hasil pertanian Lapas Kelas II A Ambarawa dalam sebuah pameran ketahanan pangan di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Sayur kangkung dan sawi hasil pertanian Lapas Kelas II A Ambarawa dalam sebuah pameran ketahanan pangan di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) memanen ikan lele di kolam ikan lapas.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) mengambil ikan lele di kolam ikan lapas.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) menunjukkan produk ikan lele kemasan siap goreng yang dibudidayakan di dalam Lapas.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) Supriyanto (45) yang telah mendapatkan remisi bebas berpose di halaman Lapas Kelas II A Ambarawa.

Di balik dinding tinggi dan pintu besi yang kokoh, Lapas Kelas II A Ambarawa yang saat ini menampung sekitar 550 orang warga binaan, tidak hanya menjadi tempat pembinaan tetapi juga lahan subur bagi tumbuhnya kemandirian dan kepedulian sosial. Melalui berbagai program, Lapas ini membuktikan bahwa semangat berkarya dan berbagi dapat mekar di mana saja, bahkan di balik jeruji.

Salah satu yang ditekankan adalah program latihan keterampilan dan kemandirian WBP melalui kegiatan ketahanan pangan. Program ini dirancang bukan sekadar rutinitas pengisi waktu, melainkan sebuah pelatihan nyata yang membekali warga binaan dengan kemampuan praktis sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri untuk menghadapi kehidupan setelah bebas nanti.

Kegiatan ini memanfaatkan lahan dan sumber daya yang ada untuk menanam berbagai komoditas pangan seperti sawi, kangkung, terong, serta membudidayakan ikan lele. Seluruh prosesnya dijalani langsung oleh warga binaan mulai dari mengolah tanah, menanam bibit, merawat tanaman, hingga memanen hasilnya. Setiap tahapan menjadi ajang pembelajaran keterampilan pertanian dan perikanan yang sistematis, sehingga mereka tidak hanya bekerja, tetapi juga berlatih untuk mandiri.

“Kegiatan keterampilan lapangan di Lapas Kelas II A Ambarawa ini memang ditekankan sebagai program pembinaan yang berfokus pada latihan keterampilan dan kemandirian WBP, agar nantinya bisa menjadi bekal hidup ketika bebas,” ujar Kepala Lapas Kelas II A Ambarawa, Subakdo Wulandoro.

Kangkung, sawi, dan terong dipilih karena masa tanamnya singkat dan kandungan gizinya tinggi. Sementara itu, kolam lele yang dikelola dengan penuh ketelatenan menjadi sumber protein hewani yang melengkapi hasil panen sayuran. Semua dikerjakan dengan prinsip efisiensi dan keberlanjutan, mulai dari penggunaan pupuk organik hingga teknik pemeliharaan yang ramah lingkungan.

Lebih lanjut, Subakdo menjelaskan bahwa yang membuat program ini istimewa adalah tujuannya yang melampaui kebutuhan internal lapas. Hasil panen tidak hanya memenuhi dapur warga binaan, tetapi juga disalurkan kepada masyarakat sekitar. Langkah ini menciptakan jembatan solidaritas antara lapas dan warga luar, mengikis stigma negatif, sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.

Bagi warga binaan, kegiatan ini bukan sekadar bekerja, melainkan latihan yang menanamkan nilai kerja sama, disiplin, dan tanggung jawab. Mereka belajar bahwa kemandirian tumbuh dari proses yang sabar dan konsisten. Sementara itu, lewat penyaluran hasil panen, mereka menemukan makna kebaikan yang lahir dari kerja keras mereka sendiri.

“Banyak program-program bagus yang membina saya dan teman-teman selama di lapas, terutama program pelatihan seperti ini yang menjadi bekal saya untuk melanjutkan hidup nanti,” ujar Supriyanto (45), warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang telah mendapatkan remisi bebas.

Program kemandirian di Lapas Kelas II A Ambarawa menjadi bukti bahwa pembinaan bukan hanya tentang pendidikan moral dan keterampilan di ruang kelas, melainkan juga praktik nyata berupa latihan keterampilan yang memberi dampak positif bagi masyarakat. Di tengah keterbatasan dan jumlah penghuni yang mencapai ratusan orang, mereka mampu menghadirkan perubahan melalui langkah sederhana: menanam, memelihara, dan berbagi.

Dari lahan-lahan kecil di balik jeruji, sawi, kangkung, terong, dan lele tumbuh menjadi simbol harapan. Harapan akan masa depan yang lebih baik bagi warga binaan, serta harapan akan hubungan yang lebih harmonis antara mereka dan masyarakat. Ladang kemandirian ini tak hanya memberi pangan, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri, keterampilan, dan semangat untuk menata hidup kembali.

 

Foto dan teks: Aprillio Akbar

Editor : Yusran Uccang

 

 

Pewarta: Aprillio Akbar | Editor:

Disiarkan: 03/10/2025 13:15