Menjelajahi objek wisata medis Hortus Medicus
Sekelompok wisatawan tampak berswafoto di depan etalase yang berisi ratusan tumbuhan yang telah diawetkan dan tersusun rapi. Sebagian dari mereka juga tampak serius mengamati tumbuhan yang ada di kebun. Tumbuhan-tumbuhan itu merupakan tanaman obat, koleksi dari UPF Yankestrad Tawangmangu RSUP Dr. Sardjito. Saat itu para turis tengah mengikuti tur wisata medis di objek wisata yang biasa disebut Hortus Medicus.
Hortus Medicus merupakan bahasa latin yang artinya kebun tanaman obat. Oleh karena itu di sana pengunjung bisa berwisata bagaikan di kebun raya dengan melihat beragam jenis tanaman yang dibudidayakan, diolah, diteliti dan dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bahkan, pemanfaatannya juga untuk penyembuhan pasien di klinik pratama yang berdiri di dalam lokasi wisata tersebut.
Seorang wisatawan asal Kota Solo, Sherly Aprilia misalnya, dia bersama keluarganya sengaja menempuh perjalanan sejauh 38 kilometer dari rumah mereka ke Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah untuk mengikuti tur wisata medis. Menurut dia, tempat itu sangat menyenangkan seperti surga untuk tanaman obat asli Indonesia.
Tak hanya wisatawan nusantara, turis asing juga sudah ada yang mengambil paket wisata medis ini di antaranya dari Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Singapura.
Hortus Medicus itu bagian dari RSUP Dr. Sardjito yang telah tersertifikasi Kementerian Kesehatan. Pengelola objek wisata tersebut mengembangkan medical tourism (wisata medis) dengan pendekatan pengobatan tradisional yang berkaitan dengan perjalanan untuk mendapatkan pelayanan medis, baik konvensional maupun tradisional, serta pendampingan konsultasi dengan dokter spesialis.
Selain itu, mereka juga mempertahankan konsep wellness tourism (wisata kebugaran) yang menekankan pada pemeliharaan kesehatan secara holistik, meditasi, spa dan gaya hidup sehat serta tur wisata edukasi.
Menurut Kepala UPF Yankestrad Tawangmangu RSUP Sardjito yang juga seorang dokter Ulfatun Nisa, sejarah tempat itu dimulai pada Desember 1947 ketika Kepala Departemen Kimia diemban Eijkman Dr. Soetarman bersama R.M Santoso. Mereka berdua merintis sebuah kebun tanaman obat subtropis di Tawangmangu untuk mendukung pemenuhan bahan baku obat-obatan pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Ketika peristiwa Agresi Militer Belanda I tahun 1947 terjadi blokade obat kimia, bahan baku dan peralatan kesehatan. Kondisi itu menyebabkan Dr. Soetarman memutuskan mendirikan Hortus Medicus di tanah milik R.M Santoso untuk budi daya tanaman obat. Tanaman yang pertama kali dibudidayakan saat itu adalah tumbuhan digitalis untuk mengobati penyakit jantung, kemudian disusul tanaman kumis kucing dan koka.
Saat ini, sekitar 300 spesies dari 900 tanaman obat dibudidayakan di Hortus Medicus dengan lahan total seluas 17,6 hektare yang meliputi tiga lokasi yaitu Karanganyar, Karangpandan, Tawangmangu. Di kawasan itulah tanaman tersebut kini terus dikembangkan sebagai potensi wisata kesehatan.
Selama tahun 2024 kunjungan wisatawan ke tempat itu tercatat telah mencapai 14.834 orang. Sedangkan dari Januari hingga Juni 2025 mencapai 4.651 orang.
Dengan adanya paket wisata medis itu, masyarakat Indonesia yang biasa mencari kesembuhan hingga ke luar negeri ditargetkan bisa tertarik dan dapat menemukan pengobatannya di Hortus Medicus.
Foto dan teks Maulana Surya
Editor : Nyoman Budhiana
Pewarta: Maulana Surya | Editor:
Disiarkan: 10/10/2025 10:39