Bersama memulihkan Sumatera yang terluka
Bencana banjir bandang dan tanah longsor telah mengoyak Pulau Sumatera pada akhir November 2025. Bencana yang dipicu badai siklon tropis Senyar itu meluluhlantakkan wilayah di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Rabu pagi (10/12/2025), bencana alam itu mengakibatkan 969 orang kehilangan nyawanya dan 262 orang masih dalam pencarian. Selain itu, sebanyak 850 ribu warga kini mengungsi akibat tempat tinggal mereka tersapu banjir dan tanah longsor.
Tak hanya manusia, bangunan pun juga terdampak. Tercatat ada 157,9 ribu bangunan di 52 kabupaten mengalami kerusakan yang mayoritas adalah rumah tempat tinggal warga. Kerusakan pun juga terjadi pada 1.200 fasilitas umum, 215 fasilitas kesehatan, 584 fasilitas pendidikan, 423 rumah ibadah, 287 gedung kantor, dan 498 jembatan. Akibat kerusakan itu, aktivitas warga sejumlah wilayah di tiga provinsi itu sempat mengalami lumpuh. Bahkan, distribusi bantuan pun sempat sulit tersalurkan.
Luka Sumatera adalah luka Indonesia. Butuh upaya bersama dalam memulihkannya. Segenap kekuatan negeri ini, dari unsur pemerintahan, militer, kepolisian, hingga sipil berpacu dengan waktu dalam penanganan pascabencana di Aceh, Sumbar, dan Sumut.
Dari kekuatan militer, hingga Selasa (9/12/2025) Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah mengerahkan 33.150 anggotanya dalam operasi gabungan penanganan pascabencana itu, dari tenaga SAR, dapur lapangan, tenaga kesehatan, hingga pendistribusian bantuan.
Selain anggotanya, TNI juga mengoperasikan 20 pesawat angkut, 36 pesawat rotary wing atau helikopter dari ketiga matra, 14 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan tiga Kapal Angkatan Darat Republik Indonesia (ADRI). Total lebih dari 328 ton logistik telah dikirimkan ke daerah bencana dengan alutsista TNI itu.
Sementara itu, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga telah mengerahkan 12.397 anggotanya untuk memperkuat operasi penanganan bencana di Sumatera. Tak hanya personel, mereka juga mengerahkan empat kapal serta enam helikopter di Aceh, Sumbar, dan Sumut untuk penanganan pascabencana itu.
Selain itu, Polri pun juga mengerahkan 17 anjing terlatih dari unit K9 untuk membantu pencarian korban yang hilang dalam bencana banjir bandang dan tanah longsor di tiga provinsi itu.
Dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Sabtu (6/12/2025) sebanyak 9.558 relawan dari 226 juga telah turun ke lapangan. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak fase tanggap darurat diberlakukan.
Para relawan tersebut tersebar di berbagai titik yang membutuhkan penanganan segera, dari distribusi logistik, pengelolaan dapur umum, operasi pencarian dan pertolongan, pembukaan serta perbaikan jalur yang terputus, pemulihan psikososial, hingga pelayanan kesehatan.
Dari Badan SAR Nasional (Basarnas), sebanyak 641 personel dikerahkan untuk mencari korban yang hilang dalam bencana banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Dengan bantuan tiga helikopter, empat armada kapal, 63 perahu karet, dan puluhan unit kendaraan darat, Basarnas terus berpacu dengan waktu mencari lebih dari 200 orang yang masih hilang.
Tanpa mengecilkan andilnya, para warga sipil dari daerah lain yang tidak terdampak pun juga tidak mau berpangku tangan membiarkan saudaranya di Aceh, Sumbar, dan Sumut terus mengalami kesusahan. Secara bergotong royong mereka mengumpulkan bantuan, dari bahan pangan hingga pakaian layak pakai.
Dengan solidaritas satu bangsa Indonesia, semua itu dilakukan agar saudara-saudara di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat lekas sembuh dari luka.
Foto : Pewarta foto ANTARA
Teks : Aditya Pradana Putra
Pewarta: Pewarta Foto Antara | Editor:
Disiarkan: 11/12/2025 20:36