Layanan terpadu berbasis digital Pamapta Polres Blitar
Menjawab tuntutan publik akan pelayanan kepolisian yang transparan, akuntabel, dan Presisi, Kapolri mengeluarkan keputusan (KEP/438/IX/2025) yang mengubah nomenklatur Kepala Unit menjadi Perwira Samapta pada SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) di tingkat Polres.
Menerjemahkan kebijakan ini, Polres Blitar membentuk Pamapta (Patroli, Pengamanan, dan Pelayanan Masyarakat Terpadu) yang dipimpin oleh tiga perwira pertama (Ipda). Yang membedakan Pamapta Polres Blitar dan menjadikannya pelopor adalah adopsi perangkat digital mutakhir, body worn camera (BWC) yang terintegrasi langsung dengan Command Centre 110, pusat komando layanan dan aduan kepolisian.
BWC bukan sekadar alat bantu keamanan personel, melainkan "mata" transparansi kepolisian. Alat ini merekam setiap interaksi dan aktivitas di lapangan secara objektif, memastikan akuntabilitas petugas, dan mencegah kesalahpahaman.
Penggunaan teknologi ini secara tegas mencerminkan komitmen Polres Blitar dalam mengimplementasikan prinsip Presisi (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi Berkeadilan) demi kualitas pelayanan terbaik.
Misi Pamapta dimulai dengan kesiapan penuh yakni apel rutin dipimpin Perwira Samapta yang menekankan sasaran patroli, identifikasi kerawanan, dan kepatuhan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Pengecekan perlengkapan dilakukan menyeluruh, mulai dari kondisi prima kendaraan, senjata/amunisi terverifikasi, hingga perangkat komunikasi dan BWC yang vital untuk merekam kejadian secara objektif.
Di balik mobilitas tim lapangan, Command Centre berfungsi sebagai pusat saraf operasional dan "mata elang" yang memantau seluruh Kabupaten Blitar melalui jaringan CCTV, ditambah pantauan real-time dari BWC.
Petugas komando menganalisis kondisi keamanan, arus lalu lintas, titik rawan, dan berkoordinasi langsung dengan tim Pamapta. Integrasi pengawasan digital dengan respons lapangan ini menciptakan sistem penanganan Kamtibmas yang lebih cepat, efisien, dan transparan.
Tim Pamapta bergerak secara teratur menyusuri desa dan ruang publik, menampilkan wujud kehadiran negara dalam pelayanan masyarakat terpadu.
Setiap interaksi dari pengaturan lalu lintas hingga dialog santai dengan warga terekam oleh BWC. Hal ini tidak hanya memberikan rasa aman bagi masyarakat, tetapi juga melindungi petugas, memastikan bahwa pendekatan humanis dan profesionalisme petugas selalu terjaga dan didukung oleh bukti visual yang autentik.
Pemanfaatan BWC adalah lompatan strategis untuk membangun kepercayaan publik. Dengan bukti visual yang autentik, setiap insiden selama patroli dan pelayanan dapat dievaluasi secara adil.
Hal ini menjadi wajah baru layanan Polri, yakni profesional, humanis dan selalu di bawah sorotan lensa transparansi.
Foto dan teks : Irfan Anshori
Editor : Wahyu Putro A
Pewarta: Irfan Anshori | Editor:
Disiarkan: 14/12/2025 14:17