Adaptasi digital di desa tepian Batanghari

Foto udara suasana Desa Muaro Singoan di tepi Sungai Batanghari, Batang Hari, Jambi.
Perangkat Desa Syairul Alim (kanan) mendatangi rumah warga untuk melakukan verifikasi kependudukan.
Perangkat Desa Syairul Alim mengambil gambar warga saat melakukan verifikasi kependudukan.
Petugas mengambil gambar warga untuk memperbarui aplikasi Lapak pada Sistem Informasi Desa Muaro Singoan.
Perangkat desa mengisi absensi digital di mesin Anjungan Desa Mandiri.
Staf Pemerintahan Umi Kulsum (kiri) memandu warga yang ingin memperbarui data pada Sistem layanan Informasi Desa Muaro Singoan.
Petugas menunjukkan halaman depan situs Rumah Data Kependudukan "SEJATI" yang merupakan ruang digital sistem informasi kependudukan Desa Muaro Singoan.
Perangkat Desa Usman Handoyo (kanan) melayani warga Sialang Pungguk (kiri) yang ingin mendaftarkan diri pada layanan BPJS Kesehatan di Kantor Pemerintah Desa Muaro Singoan.
Perangkat Desa menunjukkan aplikasi Sistem Informasi Desa Muaro Singoan yang telah terpasang di ponsel miliknya.

Desa Muaro Singoan di tepian Sungai Batanghari, Kabupaten Batang Hari sedang beradaptasi dengan digitalisasi. Kebiasaan baru yang diharapkan bisa meningkatkan efektivitas kerja dan sekaligus memudahkan masyarakat melakukan kontrol dan pengawasan dari jarak jauh. 











Selain untuk pencatatan kehadiran, mesin digital itu juga terhubung dengan beberapa aplikasi lain, di antaranya informasi desa, layanan pengaduan, lapak warga,dan pengelolaandanadesa. 











Saat ini, Desa Muaro Singoan telah memiliki halaman website sendiri yang bisa diakses melalui telepon genggam dan bisa digunakan warga untuk menyampaikan pengaduan dan atau meminta pengurusan layanan kependudukan. Pada halaman digital itu warga bisa bertanya apa saja terkait layanan desa, termasuk laporan kondisi jalan dan soal-soal keamanan. 











“Hallo min, semoga sehat selalu, izin menyampaikan min, terkait jalan menuju sialang pungguk, mohon untuk bantuannya kerahkan PT iku dalam memperbaiki jalan tersebut, jika hujan terasa sangat menyengsarakan min,” begitu bunyi salah satu pesan warga pada ruang pengaduan digital tersebut. 











Selain itu, website tersebut juga menampilkan produk-produk UMKM setempat, seperti makanan dan produk kerajinan. Tujuannya, membantu pelaku UMKM beradaptasi menuju digitalisasi desa. 











Seperti habituasi, desa kecil itu memang sedang belajar melakukan kebiasaan baru. Meski belum merata, dalam beberapa tahun ke depan, proses digitalisasi yang sedang dibangun itu diharapkan bisa berjalan secara utuh. 











“Untuk menjadikannya terbiasa, memang perlu pengulangan. Kita masih terus memberikan pendampingan. Bahkan, para pedagang masih kita dorong untuk terus memanfaatkan lapak digital yang kita buat supaya menjadi kebiasaan ke depannya,” kata Kepala Desa Muaro Singoan Samadani. 











Senada dengan itu, perangkat desa lain Syairul Alim menyebutkan pembiasaan digital di desa itu memang terus berproses. “Kerja-kerja manual tetap kita lakukan di tengah adaptasi digital ini. Misalnya, saat proses verifikasi data kependudukan. Tidak semua warga, utamanya mereka yang sudah berumur, paham cara menggunakan hape, apalagi program,” katanya. 











Syairul masih mendatangi rumah warga untuk mengecek ulang laporan dan memperbaruinya. Data baru yang didapatkan secara manual itu lalu dia digitalisasi melalui perangkat telepon genggam. 











Dia berharap, upaya menuju desa digital yang tengah berproses itu bisa semakin luas penerapan dan pemanfaatannya. Dengan begitu, semua layanan bisa lebih cepat ditanggapi dan semua laporan kerja bisa dipantau oleh siapa saja. 











Kepala Desa Muaro Singoan Samadani mengatakan, desa yang hanya berjarak tak lebih dari 20 kilometer dari kawasan Muara Bulian itu sedang beradaptasi dengan upaya digitalisasi. Program yang kemudian mengantarkan nama Muaro Singoan ke ajang Lomba Desa Digital Tingkat Nasional tahun 2025 yang digagas Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) melalui Pusat Pengembangan Daya Saing Desa dan Daerah Tertinggal, Badan Pengembangan dan Informasi Desa dan Daerah Tertinggal. 











Lomba itu menempatkan desa yang berada di sebelah timur Kecamatan Muara Bulian dengan luas sekitar 20.000 hektare tersebut menjadi satu dari enam desa finalis se-Indonesia karena dinilai sebagai salah satu desa potensial dalam penerapan digitalisasi. 











 











Foto dan teks : Wahdi Septiawan 











Editor: Wahyu Putro A 

Pewarta: Wahdi Septiawan | Editor:

Disiarkan: 14/12/2025 20:21