Ibu hutan penjaga asa tanah Cipayung Girang
Semilir angin kawasan pegunungan berhembus di antara rindangnya pepohonan. Sesekali warga dengan diiringi suara kumbang yang bersautan terlihat di Desa Cipayung Girang, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat seluas 30 hektar.
25 tahun yang lalu, kawasan itu merupakan lahan tandus bekas kebun singkong dan sayuran yang tak lagi produktif. Menurut Camat Megamendung Ridwan, ketiadan tanaman tegakan (pohon berkayu) di kawasan tersebut juga menyebabkan warga juga kesulitan air. Bahkan, situasi tersebut juga menjadikan kawasan tersebut sebagai lahan kritis dengan ancaman tanah longsor yang terus menghantui warga.
Kehadiran sosok wanita bernama Rosita Istiawan (63) bersama suaminya, almarhum Bambang istiawan menjadi titik balik Desa Cipayung Girang. Kawasan yang dulunya gersang kini telah berubah menjadi hutan rimbun yang bernama, Hutan Organik. Tak hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar, Hutan Organik kini juga menjadi rumah bagi beraneka ragam flora dan fauna.
Kehadiran Rosita di Cipayung Girang bukan sebuah ujug-ujug. Bersama mendiang suaminya, Rosita memiliki mimpi di masa tua untuk hidup tenang dengan menghabiskan sisa umur mereka tinggal di rumah tepi hutan. 25 tahun yang lalu mereka mulai merealisasikan mimpi itu.
Tak sekedar hidup tenang di hutan, pada tahun 2000 keduanya memulainya dengan berupaya mengubah lahan kritis bekas kebun singkong seluas 2.000 meter persegi yang mereka beli dari warga setempat. Di lahan miring 80 derajat dan tak ditemukan cacing, Rosita bersama suaminya secara bertahap mulai menanaminya dengan sejumlah jenis tanaman dengan cara tumpangsari atau agroforestri.
Perlahan tapi pasti, kini di lahan yang berkembang menjadi 30 hektar tersebut telah tertutup dengan 44.000 pohon dari berbagai jenis tanaman. Mata air pun bermunculan dari tanah yang dulunya tandus. Bahkan, pada 2015 lalu air tetap mengalir meski saat itu sempat terjadi 100 hari tanpa hujan.
Selain itu, ekologis dengan ditandai kemunculan satwa-satwa liar. Efek ekologis semakin terasa nyata dengan kemunculan satwa-satwa liar. Tak kurang 122 jenis satwa liar, dari burung, serangga, reptil, hingga kucing hutan hidup tenang di hutan yang dirawat ibu dari dua anak tersebut.
Meski suaminya telah berpulang ke Rahmatullah pada 2019, Rosita masih terus konsisten merawat Hutan Organik. Rosita bersama sejumlah warga setempat yang ia berdayakan berupaya agar hutan ini terus menjadi pelindung dan memberi manfaat bagi masyarakat, khususnya di Cipayung Girang. Tak hanya itu, perjuangannya mengubah lahan kritis menjadi hutan ini juga ia harapkan menginspirasi masyarakat di Indonesia di tengah isu deforestasi dan dampak ekologisnya.
Pesan suaminya terus Rosita patri dalam jiwa dan raganya sebagai penjaga api semangat menjaga alam ini. “Kita jaga bumi, Bumi akan jaga kita,”.
Foto dan teks : Yulius Satria Wijaya
Editor : Wahyu Putro A
Pewarta: Yulius Satria Wijaya | Editor:
Disiarkan: 22/12/2025 16:31